Iwan Kun
iwan.fajarbp@gmail.com
Suatu Kehormatan untuk Diri Saya Pribadi dapat Berbagi Pengalaman Cerita Pribadi Saya dalam Mengarungi Dunia dimana Dunia sulit Terjangkau Oleh Pikiran Dan nalar Kebanyakan Orang, Saya akan menceritakan pengalaman yang pernah saya alami Beberapa Tahun Yang Lalu pada Kampus Tercinta Kampus Wong Alus.
Saya mempunyai Tetangga yang posisi rumahnya tidak berjauhan dari rumah saya , saya Tinggal Di Desa Jatisari Bekasi Selatan, Sebut Saja Teman Saya bernama Si “A”, Suatu Hari Si”A” datang kerumah Saya untuk Menceritahan Keluh kesahnya Mengenai Kedaan Orang Tua Dari Pihak Istri ( Mertua ), yang sedang Sakit yang tidak Kunjung Sembuh, Sebut Saja Orang Tua Istri Dari Teman saya Si “ B “
Si “B” berusia 30 tahun Diatas saya, saat Sekarang usia saya 43 Tahun, Teman Saya Si A Ingin Memperkenalkan diri saya kepada Si B hanya sekedar bersilaturahmi menjalin hubungan kekeluargaan. Si B adalah seorang Mualaf Etnis Tiongha, karena si B berpindah Keyakinan maka si B tidak mendapat Posisi di dalam keluarga yang telah berbeda Aqidah , Akirnya Si B mendalami Aqidahnya dari Pesantren Ke Pesantren Untuk Mendalami dan meluruskan aqidah Yang diJalani sampai akhir Hayatnya.
Banyak Nasihat yang saya dapat dari Si B dalam mengarungi Bahtera Kehidupan Prinsip Welas Asih terhadap sesama Mahluk dan Sebagai Hamba Allah SWT selalu dijunjung tinggi terakhir petuah yang diberikan kepada saya untuk keselamatan di dunia dan untuk bekal di akhirat nanti petuah itu selalu ada dalam ingatan saya. Suatu Petuah Hidup Yang Luhur.yang diajarkan dari si B kepada diri saya.
Dengan suatu Bekal Ke Imanan Si B di Jadikan Panutan bagi warga sekitar maunpun dari luar daerah banyak sekali Orang bersareat ke pada Si B untuk pengobatan dan penyembuhan, tanpa meminta imbalan dari orang yang memerlukan Bantuan kepada Si B
Karena Prinsip Hidup Si B dalam mengarungi suatu ilmu Kita Hanya Memohon Kepada Allah SWT, dan tidak Boleh mengharpkan Imbalan Suatu apapun dari orang yang memerlukan pertolongan. Suatu prinsip yang mulia ini menjadi Bekal hidup untuk Si B dan pada sampai akirnya Si B Jatuh Sakit,selama 3 tahun mungkin karena usianya waktu itu Sudah mencapai berusia 73 Tahun, Akhirnya Si B Meminta Pertolongan Kepada Teman-Teman Seperguruanya diwaktu Menggali Ilmu Di Pesantren, Namun tak seorang Temanpun yang ikhlas membantu Si B, Kalau tidak ada uang Sekian saya tidak mau Menyembuhkan Kamu begitu ucapan teman seperguruan terhadap si B, Dengan Keinginan Untuk Sembuh akhirnya Si B Mengeluarkan Biaya yang di minta oleh teman teman seprguruan waktu dipesantren tak Kunjung sembuh akhirnya dari pihak keluarga memutuskan untuk membawanya ke Rumah Sakit umum daerah Bekasi.
Tak Kunjung Sembuh Setelah beberapa Minggu Di opname di Rumah Sakit Akhirnya Si B Memutuskan untuk dibawa Pulang kerumah saja sampai akhirnya terjalin silaturohmi dengan saya, Sumringah Wajah Si B ketika bertemu dengan saya , 1 Ucapan terakhir yang saya dengar dari Si B “ Bapak Sudah Lelah, Bapak Ingin Pulang “ dan akhirnya saya berunding dengan seluruh anak-anaknya untuk permintaan Si B bahwa beliau Ingin Pulang , Rupanya Si B sudah mempunyai Firasat Kalau Umurnya Tidak Lama Lagi.
Dua Minggu Kemudian Saya mendapat Kabar Bahwa Si B Telah Berpulang Kerahmatullah , Sebelum Berpulang Beliau Menggambil Air Wudhu untuk Menggunakan Kain Kafan Sendiri Berbaring Diatas Tempat Tidur dengan Ditunggui semua Anak-Anak Dan Cucunya, Seluruh Baju yang dipakai Di Lepas Di Ganti Dengan Kain Kaffan Yang Sudah Dipersiapkan Jauh-jauh Hari Oleh Si B, Setelah Kain Kafan Menutupi Seluruh Tubuh Si B , Meniggalkan kata terakhir “ Sudah Bapak Sudah Di Jemput “ Akhirnya Si B Pergi Dengan Ikhlas dan tenang.
Selang Memasuki Hari yang ke-40 saya mengirm Do’a Arwah dan Surat Al-Fatiha Kepada SI B waktu itu saya selesai Sholat Isya langsung Tawasulan, di Tengah-tengah Tawsulan Si B Datang menemui saya , Sambil Berkata Assalamualikum Na Iwan sayapun menjawab Waalaikumsalam, Bapak sudah enak sekarang Na iwan .
Akhirnya Si B mengajak saya untuk sekedar memperlihatkan keadaan suasana yang baru Masya Allah, Allahu Akbar Begitu Indahnya Suasana Di Alam Kubur Kedaan yang Tidak Mempunyai Batasan Saya mencoba untuk lebih jauh merasakan melihat kesekeliling Tidak ada Batasan yang menghalanginya, Putih Redup, Terang Benderang Suasana saat itulah yang saya rasakan di ajak oleh Si B. Tak Lama kemudian Si B Menuntun Saya kembali Ke Asal semula di posisi saya yang sedang Bertawasul, Air Mata Seketika itu Juga membanjiri Sejadah yang saya gunakan Menangis Seperti Anak Yang meminta sesuatu Pada orang Tua.
Kesimpulan dari pengalaman itulah yang menjadi pengalaman yang sangat berarti dalam hidup saya Hanya kepada Allah SWT tempat Kita Memohon dan Meminta, Amaliah Sesorang akan di bawa mendamping ketika kita berada di Alam Penantian. Bisakah Saya seperti Si B, Begitu Luas Alam Kuburnya, Begitu Terang Benderang Alam Kuburnya. Allahu Akbar…Allahu Akbar..Allahu Akbar Waalilla Ilham. @@@
iwan.fajarbp@gmail.com
Suatu Kehormatan untuk Diri Saya Pribadi dapat Berbagi Pengalaman Cerita Pribadi Saya dalam Mengarungi Dunia dimana Dunia sulit Terjangkau Oleh Pikiran Dan nalar Kebanyakan Orang, Saya akan menceritakan pengalaman yang pernah saya alami Beberapa Tahun Yang Lalu pada Kampus Tercinta Kampus Wong Alus.
Saya mempunyai Tetangga yang posisi rumahnya tidak berjauhan dari rumah saya , saya Tinggal Di Desa Jatisari Bekasi Selatan, Sebut Saja Teman Saya bernama Si “A”, Suatu Hari Si”A” datang kerumah Saya untuk Menceritahan Keluh kesahnya Mengenai Kedaan Orang Tua Dari Pihak Istri ( Mertua ), yang sedang Sakit yang tidak Kunjung Sembuh, Sebut Saja Orang Tua Istri Dari Teman saya Si “ B “
Si “B” berusia 30 tahun Diatas saya, saat Sekarang usia saya 43 Tahun, Teman Saya Si A Ingin Memperkenalkan diri saya kepada Si B hanya sekedar bersilaturahmi menjalin hubungan kekeluargaan. Si B adalah seorang Mualaf Etnis Tiongha, karena si B berpindah Keyakinan maka si B tidak mendapat Posisi di dalam keluarga yang telah berbeda Aqidah , Akirnya Si B mendalami Aqidahnya dari Pesantren Ke Pesantren Untuk Mendalami dan meluruskan aqidah Yang diJalani sampai akhir Hayatnya.
Banyak Nasihat yang saya dapat dari Si B dalam mengarungi Bahtera Kehidupan Prinsip Welas Asih terhadap sesama Mahluk dan Sebagai Hamba Allah SWT selalu dijunjung tinggi terakhir petuah yang diberikan kepada saya untuk keselamatan di dunia dan untuk bekal di akhirat nanti petuah itu selalu ada dalam ingatan saya. Suatu Petuah Hidup Yang Luhur.yang diajarkan dari si B kepada diri saya.
Dengan suatu Bekal Ke Imanan Si B di Jadikan Panutan bagi warga sekitar maunpun dari luar daerah banyak sekali Orang bersareat ke pada Si B untuk pengobatan dan penyembuhan, tanpa meminta imbalan dari orang yang memerlukan Bantuan kepada Si B
Karena Prinsip Hidup Si B dalam mengarungi suatu ilmu Kita Hanya Memohon Kepada Allah SWT, dan tidak Boleh mengharpkan Imbalan Suatu apapun dari orang yang memerlukan pertolongan. Suatu prinsip yang mulia ini menjadi Bekal hidup untuk Si B dan pada sampai akirnya Si B Jatuh Sakit,selama 3 tahun mungkin karena usianya waktu itu Sudah mencapai berusia 73 Tahun, Akhirnya Si B Meminta Pertolongan Kepada Teman-Teman Seperguruanya diwaktu Menggali Ilmu Di Pesantren, Namun tak seorang Temanpun yang ikhlas membantu Si B, Kalau tidak ada uang Sekian saya tidak mau Menyembuhkan Kamu begitu ucapan teman seperguruan terhadap si B, Dengan Keinginan Untuk Sembuh akhirnya Si B Mengeluarkan Biaya yang di minta oleh teman teman seprguruan waktu dipesantren tak Kunjung sembuh akhirnya dari pihak keluarga memutuskan untuk membawanya ke Rumah Sakit umum daerah Bekasi.
Tak Kunjung Sembuh Setelah beberapa Minggu Di opname di Rumah Sakit Akhirnya Si B Memutuskan untuk dibawa Pulang kerumah saja sampai akhirnya terjalin silaturohmi dengan saya, Sumringah Wajah Si B ketika bertemu dengan saya , 1 Ucapan terakhir yang saya dengar dari Si B “ Bapak Sudah Lelah, Bapak Ingin Pulang “ dan akhirnya saya berunding dengan seluruh anak-anaknya untuk permintaan Si B bahwa beliau Ingin Pulang , Rupanya Si B sudah mempunyai Firasat Kalau Umurnya Tidak Lama Lagi.
Dua Minggu Kemudian Saya mendapat Kabar Bahwa Si B Telah Berpulang Kerahmatullah , Sebelum Berpulang Beliau Menggambil Air Wudhu untuk Menggunakan Kain Kafan Sendiri Berbaring Diatas Tempat Tidur dengan Ditunggui semua Anak-Anak Dan Cucunya, Seluruh Baju yang dipakai Di Lepas Di Ganti Dengan Kain Kaffan Yang Sudah Dipersiapkan Jauh-jauh Hari Oleh Si B, Setelah Kain Kafan Menutupi Seluruh Tubuh Si B , Meniggalkan kata terakhir “ Sudah Bapak Sudah Di Jemput “ Akhirnya Si B Pergi Dengan Ikhlas dan tenang.
Selang Memasuki Hari yang ke-40 saya mengirm Do’a Arwah dan Surat Al-Fatiha Kepada SI B waktu itu saya selesai Sholat Isya langsung Tawasulan, di Tengah-tengah Tawsulan Si B Datang menemui saya , Sambil Berkata Assalamualikum Na Iwan sayapun menjawab Waalaikumsalam, Bapak sudah enak sekarang Na iwan .
Akhirnya Si B mengajak saya untuk sekedar memperlihatkan keadaan suasana yang baru Masya Allah, Allahu Akbar Begitu Indahnya Suasana Di Alam Kubur Kedaan yang Tidak Mempunyai Batasan Saya mencoba untuk lebih jauh merasakan melihat kesekeliling Tidak ada Batasan yang menghalanginya, Putih Redup, Terang Benderang Suasana saat itulah yang saya rasakan di ajak oleh Si B. Tak Lama kemudian Si B Menuntun Saya kembali Ke Asal semula di posisi saya yang sedang Bertawasul, Air Mata Seketika itu Juga membanjiri Sejadah yang saya gunakan Menangis Seperti Anak Yang meminta sesuatu Pada orang Tua.
Kesimpulan dari pengalaman itulah yang menjadi pengalaman yang sangat berarti dalam hidup saya Hanya kepada Allah SWT tempat Kita Memohon dan Meminta, Amaliah Sesorang akan di bawa mendamping ketika kita berada di Alam Penantian. Bisakah Saya seperti Si B, Begitu Luas Alam Kuburnya, Begitu Terang Benderang Alam Kuburnya. Allahu Akbar…Allahu Akbar..Allahu Akbar Waalilla Ilham. @@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar