@WONGALUS: JANGAN PERBESAR EGO IBLIS YANG ADA DI HATIMU. JANGAN HANYA
KARNA INGIN BLOG MU RAMAI SEGALA AMALAN KAU POSTING. JIKA ADA SEDULUR MU
YANG MENGAMAL KAN AMALAN TIDAK JELAS DI BLOG INI LALU TERKENA IMBAS
NEGATIVE AMALAN ITU SIAPKAH KAU MENANGGUNG DOSA NYA? WALLAHI WARROSUL
SEMUA RDR YANG PERNAH DI POSTING DISINI NGAWUR DAN TIDAK JELAS KARENA
BERSUMBER DARI HAWATIF. (Raden Sancang Ungu Says:
5 October 2010 at 07:29)
Raden Sancang Ungu, sedulur saya… terima kasih telah diingatkan. Anda memang sahabat dan itu kewajiban sahabat, yaitu saling mengingatkan. Kalau saya salah, anda wajib menegur saya. Begitu juga sebaliknya, semoga anda juga berkenan untuk membaca artikel ini. Dalam konteks saling menjaga sebuah “kebenaran” yang ukurannya intersubyektif seperti ini, maka saling asah asih dan asuh adalah sebuah keharusan. Begitu saya kira.
Bagi saya komentar anda ini adalah ledakan energi emosional anda melihat sikap saya yang selama ini terasa melakukan pembiaran-pembiaran atau mengikuti arus sedulur semua yang mengirimkan beragam amalan tanpa saya “scanning” sebelumnya. Itu sebabnya anda segera mengatakan bahwa saya hanya ingin blog ini ramai dikunjungi poro sedulur. Bisa saya jelaskan soal klaim anda ini agar terjadi sinkronisasi energi antara kita maupun antara sedulur semua.
Terus terang, saya TIDAK MAMPU MENSCANNING AMALAN APALAGI ASR/RDR. Jadi saya memang orang yang tidak tahu soal ilmu-ilmu hikmah atau ilmu-ilmu kesaktian. Sehingga saya mengharapkan adanya tukar kawruh/tukar pengetahuan dan tukar pengalaman di antara kita sehingga kita bisa sama-sama saling mengkoresi bila ada amalan yang diposting oleh sedulur.
Tuduhan anda tidak salah, saya begitu senang bila blog ini menjadi wahana persaudaraan antar sedulur semua. Saya ingin bersaudara dengan seratus, seribu, sejuta bahkan semilyar makhluk-makhluk Tuhan yang mulia ini. Kita semua bisa saling memberikan bantuan dan kemanfaatan karena persaudaraaan yang erat ini. Yang miskin ilmu bisa mendapatkan bantuan pada yang kaya ilmu, yang kaya ilmu bisa menyantuni dan bersedekah kepada yang miskin ilmu dan seterusnya. Terjadinya interaksi saling memanfaatkan itu saya rasa sangat wajar dan manusiawi. Manusia tidak bisa melepaskan diri dari hubungan dengan komunitasnya karena itu adalah watak sosial dasar manusia. Soal berapa jumlah sedulur yang berkenan hadir di blog ini dan kemudian blog ini menjadi ramai, tentu saja diluar kuasa saya. Siapa saya yang hanya manusia lemah dan tidak berdaya ini, kok bisa-bisanya menarik para sedulur untuk bergabung dan bercengkrama di wadah blog ini? Tentu saja semua ini sudah ada yang mengaturnya. Saya tentu tidak kuasa untuk itu…
Raden Sancang Ungu, sedulur saya… Saya kira keinginan untuk nyedulur dengan banyak sahabat bukanlah ego iblis. Ego iblis bersifat mencelakai, merusak dan mengajak pada pembinasaan. Ego iblis itu tertutup dan subyektif padahal kebenaran itu sifatnya diskursif. Energi Iblis adalah enegi yang menutup dialog, saran dan kritik dari yang lainnya. Iblis suka memecah cermin dan tidak ingin subyektivitasnya terusik oleh saran, masukan dan input dari subyek lain. Pola hubungan Iblisisme (isme Iblis) adalah hubungan dimana subyek ingin menjadikan subyek lain sebagai obyek. Sementara di KWA ini, sebisa mungkin subyek kita hargai kemanusiaannya secara utuh sebagaimana diri kita sendiri. Kalau ada satu sedulur yang sakit, maka semua merasa sakit. Saling menjaga, saling asah asih dan asuh menjadi prinsip nilai-nilai paseduluran yang kita jaga. Silaturahim Keluarga KWA kemarin menjadi bukti, betapa guyub dan rukunnya kita untuk saling mengisi dan berbagi tanpa ada yang dibeda-bedakan. Sesepuh/guru dan sedulur/murid sejatinya sama. Tidak ada yang istimewa karena pada hakikatnya kita sama-sama belajar memproses diri menjadi manusia yang haus kebijaksanaan dan kebenaran.
Kita sadar, kebenaran tidak pernah bermuka satu. Dogmatisme kepada satu prinsip, sudah tidak berlaku lagi pasca Rasulullah SAW junjungan kita yang telah tiada sekian ratus tahun silam. Pasca Rasulullah tidak ada Rasul baru. Kita semua, sekarang sama-sama menggenggam satu prinsip kebenaran dan semua itu harus dikumpulkan dan ditata agar mosaik kebenaran absolut kenabian/kerasulan bisa kita gapai.
Ragam amalan yang diposting sedulur di KWA analoginya. Mereka punya satu genggam kebenaran yang diyakini, dan dengan tertatih-tatih mereka mempostingnya untuk berbagi manfaat dengan sedulur yang lain. Upaya susah payah sedulur pengirim artikel ini insya allah tanpa mengharapkan apa-apa kecuali keridhoan-NYA semata. Kita perlu apresiasi mereka dengan hormat dan santun. Bukan malah sebaliknya, kita caci maki—kita salahkan karena tidak jelas sanadnya—kita minta dia menarik ijazahnya, dan sebagainya. Kalau pun memang kita merasa ada yang kurang atau kurang jelas sanad/asal muasal keilmuannya, ya mohon kepada para sedulur lain yang tahu untuk saling melengkapi. Itulah kunci agar hidup kita bermanfaat juga kunci agar ilmu yang masih kita simpan erat-erat sebagai “aji-aji” atau “jimat” (siji dan dirumat/dipelihara) itu bisa barokah.
Soal kekhawatiran anda dalam pernyataan “JIKA ADA SEDULUR MU YANG MENGAMAL KAN AMALAN TIDAK JELAS DI BLOG INI LALU TERKENA IMBAS NEGATIVE AMALAN ITU SIAPKAH KAU MENANGGUNG DOSA NYA?” saya akan menanggapinya demikian. Bahwa semua amalan di dunia manapun pada hakikatnya tetaplah amalan. Amalan adalah cara untuk mencapai tujuan dan cara/jalan bisa banyak dan bervariasi. Kecuali amalan yang sifatnya wajib dan sunnah yang sudah tertera di dalam kitab suci dan as sunah, orang berhak memvariasi amalan sesuai dengan keyakinannya dan menyesuaikan diri dengan konteks jamannya sesuai dengan prinsip-prinsip permufakatan bersama (ij’tihad) untuk menjangka dan menafsirkan kebenaran yang dianggap paling pas. Bentuk Negara, falsafah negara, bentuk pemerintahan, siapa presidennya, bentuk pakaian adat, nyanyian kenegaraan, semua adalah amalan yang tidak ada dalam kitab suci dan as sunah, namun tetap benar karena ada prinsip-prinsip yang tetap bisa diterima oleh akal sehat bersama yang kontekstual di masyarakat yang terus berkembang. Kita sesuaikan amalan hidup di dunia ini dengan budaya dan adat istiadat masyarakat setempat dan kita maknai budaya dalam arti sebuah proses kreatif menuju peradaban yang lebih baik. Jadi bukan produk masa lalu saja, yang akan aus dan usang dimakan jaman.
Amalan adalah salah satu budaya spiritual masyakarat. Dan kita tahu, budaya berbeda dengan agama. Keduanya berada pada aras dan domain yang berbeda meskipun nanti ujung-ujungnya ada titik temu. Manusia yang alamiah akan senantiasa hidup dalam lingkungan sosial kultural tertentu, dan kemudian akan memasuki dalam dimensi kultural religius dan akhirnya religius total. Budaya adalah sedulur papat, serta kiblat papat. Sementara agama adalah lima pancernya. Hubungan vertikal langsung batin kita yang berada di tengah-tengah orientasi (pusat) dengan Yang Maha Dekat.
Fenomena sekarang ini, kita memang masih berada pada logika kausalitas Musa, Kalimullah A.S dimana obyektivitas menjadi pemandu bagi ukuran kebenaran. Kita berhenti di tataran ini dan bahkan larut dalam korban permainan akal dan ego kita. Cermin ego-ego Iblis, laknatullah yang senantiasa ingin pamer kesaktian, adu kekuasaan dan kesombongan.
SIAPKAH SAYA MENANGGUNG DOSA?
Saya akan menjawab pertanyaan saudara dengan terlebih dulu bertanya, apakah hakikat dosa itu? Dosa adalah sebuah kesalahan meletakkan diri dalam koordinat eksistensi diri. Yaitu diri yang tertutup. Monggo kita telusuri bersama. Pada awal agenda perwakilan Tuhan, Tuhan berkenan memaklumkan rencana-NYA dan mendengarkan pendapat malaikat-malaikat sehingga ketentuan bahwa semuanya harus sujud kepada wakil Tuhan adalah hasil suatu hal yang bersifat terbuka. Itulah sistem yang dikehendaki-NYA. Semua taat kepada ketentuan itu kecuali yang ingkar yaitu Iblis. Agenda perwakilan itu adalah suatu amanat dari Tuhan seru sekalian alam, yaitu pengakuan atas kemahaesaan-NYA. Artinya ke-aku-an kita itu demi ke-maha-Esaan-NYA. Maka ketika aku kita telah kita tegakkan semua “sujud” kepadaku, kecuali “aku”
Forum diskusi dengan malaikat itu begitu terbuka sehingga Tuhan berkenan menanyakan alasan pengingkaran Iblis. Jawaban Iblis ternyata memperlihatkan ketertutupannya. Yaitu bahwa Iblis tidak bersedia sujud karena adam terbuat dari tanah. Iblis tertutup kesombongan keakuannya yang terdiri dari unsur api. Padahal, ke-ADAM-an itu justeru terletak pada KETERBUKAANNYA terhadap unsur yang tidak dimiliki oleh para malaikat, yaitu NAMA-NAMA BENDA disamping tiupan RUH dari sisi-NYA. DENGAN DEMIKIAN MAKA KONSTRUKSI KEMANUSIAAN YANG MEMILIKI POTENSI DUKUNGAN BAGI AMANAT KEESAAN-NYA ADALAH KETERBUKAAN TERHADAP ILMU-ILMU (NAMA-NAMA) DALAM BINGKAI PERKENAAN-NYA (Asmaul Husna).
Jadi, dosa adalah menutup diri, klaim kita sendiri, menganggap keyakinan dan prinsip kita sendiri sebagai Tuhan. Keyakinan kita kepada Tuhan jelas beda dengan Tuhan (an sich) pada diri-NYA sendiri. Kita mengaku Tuhan Maha Benar namun keyakinan kita bisa jadi salah. Maka, saat kita mengaku ikrar syahadat TIADA ILAH LAIN SELAIN ALLAH, maka rasakanlah pada saat itu juga bahwa semesta kita terbuka… Tidak ada yang kita yakini lagi selain Kemutlakan ALLAH, sementara keyakinan kita sendiri adalah relatif…. ALLAHU AKBAR…..
Maka, insya allah saya akan ingin dan berusaha untuk selalu terbuka agar tidak berdosa. Semua amalan saya alirkan tanpa saya takut berdosa karena tolok ukur kebenarannya adalah keterbukaan amalan itu: apakah amalan itu bisa diteliti kebenarannya (verifikasi) dan diteliti kesalahannya (falsifikasi).
DAN KALAUPUN PADA AKHIRNYA TERNYATA AMALAN YANG DIPOSTING DI BLOG INI TERNYATA AMALAN YANG BERIMBAS NEGATIF, SAYA SIAP MENANGGUNG SEMUA DOSA SEDULURKU SEMUA. BIARLAH SAYA PENUHI NERAKA DENGAN TUBUH SAYA AGAR SEDULUR SEMUA BISA MERASAKAN NIKMATNYA SURGA.
Raden Sancang Ungu, sedulur saya… dan pada akhirnya, di dalam pelajaran logika kita mengenal cara berpikir pra konseptual yaitu perumusan A=A, A tidak sama dengan Non A dst. Tingkat selanjutnya adalah arah hidup yang semakin terbuka dari yang semula kategorial menjadi potensial…sesuatu yang mengandung potensi tertentu menjadi aktual setelah aktualisasi potensi.
Bahwa RDR itu RDR itu sudah jelas, tetapi yang lebih penting lagi adalah mengamalkan RDR agar pada suatu saat kita dapat memetik buah amalan kita yaitu amar makruf nahi munkar demi MENCARI RIDHO ALLAH SWT… lantas kenapa bila ada sedulur yang ingin mencari Ridho Allah saja dipersulit dan ditutupi? Maka sebagai sohibul ijazah dan pewaris ijazah resmi, saya mohon kiranya bagi anda atau siapapun.. monggo ikhlas mengijazahkan kepada sedulur semua yang membutuhkannya.
Terima kasih dan salam asah asih dan asuh.
@Wongalus,2010
5 October 2010 at 07:29)
Raden Sancang Ungu, sedulur saya… terima kasih telah diingatkan. Anda memang sahabat dan itu kewajiban sahabat, yaitu saling mengingatkan. Kalau saya salah, anda wajib menegur saya. Begitu juga sebaliknya, semoga anda juga berkenan untuk membaca artikel ini. Dalam konteks saling menjaga sebuah “kebenaran” yang ukurannya intersubyektif seperti ini, maka saling asah asih dan asuh adalah sebuah keharusan. Begitu saya kira.
Bagi saya komentar anda ini adalah ledakan energi emosional anda melihat sikap saya yang selama ini terasa melakukan pembiaran-pembiaran atau mengikuti arus sedulur semua yang mengirimkan beragam amalan tanpa saya “scanning” sebelumnya. Itu sebabnya anda segera mengatakan bahwa saya hanya ingin blog ini ramai dikunjungi poro sedulur. Bisa saya jelaskan soal klaim anda ini agar terjadi sinkronisasi energi antara kita maupun antara sedulur semua.
Terus terang, saya TIDAK MAMPU MENSCANNING AMALAN APALAGI ASR/RDR. Jadi saya memang orang yang tidak tahu soal ilmu-ilmu hikmah atau ilmu-ilmu kesaktian. Sehingga saya mengharapkan adanya tukar kawruh/tukar pengetahuan dan tukar pengalaman di antara kita sehingga kita bisa sama-sama saling mengkoresi bila ada amalan yang diposting oleh sedulur.
Tuduhan anda tidak salah, saya begitu senang bila blog ini menjadi wahana persaudaraan antar sedulur semua. Saya ingin bersaudara dengan seratus, seribu, sejuta bahkan semilyar makhluk-makhluk Tuhan yang mulia ini. Kita semua bisa saling memberikan bantuan dan kemanfaatan karena persaudaraaan yang erat ini. Yang miskin ilmu bisa mendapatkan bantuan pada yang kaya ilmu, yang kaya ilmu bisa menyantuni dan bersedekah kepada yang miskin ilmu dan seterusnya. Terjadinya interaksi saling memanfaatkan itu saya rasa sangat wajar dan manusiawi. Manusia tidak bisa melepaskan diri dari hubungan dengan komunitasnya karena itu adalah watak sosial dasar manusia. Soal berapa jumlah sedulur yang berkenan hadir di blog ini dan kemudian blog ini menjadi ramai, tentu saja diluar kuasa saya. Siapa saya yang hanya manusia lemah dan tidak berdaya ini, kok bisa-bisanya menarik para sedulur untuk bergabung dan bercengkrama di wadah blog ini? Tentu saja semua ini sudah ada yang mengaturnya. Saya tentu tidak kuasa untuk itu…
Raden Sancang Ungu, sedulur saya… Saya kira keinginan untuk nyedulur dengan banyak sahabat bukanlah ego iblis. Ego iblis bersifat mencelakai, merusak dan mengajak pada pembinasaan. Ego iblis itu tertutup dan subyektif padahal kebenaran itu sifatnya diskursif. Energi Iblis adalah enegi yang menutup dialog, saran dan kritik dari yang lainnya. Iblis suka memecah cermin dan tidak ingin subyektivitasnya terusik oleh saran, masukan dan input dari subyek lain. Pola hubungan Iblisisme (isme Iblis) adalah hubungan dimana subyek ingin menjadikan subyek lain sebagai obyek. Sementara di KWA ini, sebisa mungkin subyek kita hargai kemanusiaannya secara utuh sebagaimana diri kita sendiri. Kalau ada satu sedulur yang sakit, maka semua merasa sakit. Saling menjaga, saling asah asih dan asuh menjadi prinsip nilai-nilai paseduluran yang kita jaga. Silaturahim Keluarga KWA kemarin menjadi bukti, betapa guyub dan rukunnya kita untuk saling mengisi dan berbagi tanpa ada yang dibeda-bedakan. Sesepuh/guru dan sedulur/murid sejatinya sama. Tidak ada yang istimewa karena pada hakikatnya kita sama-sama belajar memproses diri menjadi manusia yang haus kebijaksanaan dan kebenaran.
Kita sadar, kebenaran tidak pernah bermuka satu. Dogmatisme kepada satu prinsip, sudah tidak berlaku lagi pasca Rasulullah SAW junjungan kita yang telah tiada sekian ratus tahun silam. Pasca Rasulullah tidak ada Rasul baru. Kita semua, sekarang sama-sama menggenggam satu prinsip kebenaran dan semua itu harus dikumpulkan dan ditata agar mosaik kebenaran absolut kenabian/kerasulan bisa kita gapai.
Ragam amalan yang diposting sedulur di KWA analoginya. Mereka punya satu genggam kebenaran yang diyakini, dan dengan tertatih-tatih mereka mempostingnya untuk berbagi manfaat dengan sedulur yang lain. Upaya susah payah sedulur pengirim artikel ini insya allah tanpa mengharapkan apa-apa kecuali keridhoan-NYA semata. Kita perlu apresiasi mereka dengan hormat dan santun. Bukan malah sebaliknya, kita caci maki—kita salahkan karena tidak jelas sanadnya—kita minta dia menarik ijazahnya, dan sebagainya. Kalau pun memang kita merasa ada yang kurang atau kurang jelas sanad/asal muasal keilmuannya, ya mohon kepada para sedulur lain yang tahu untuk saling melengkapi. Itulah kunci agar hidup kita bermanfaat juga kunci agar ilmu yang masih kita simpan erat-erat sebagai “aji-aji” atau “jimat” (siji dan dirumat/dipelihara) itu bisa barokah.
Soal kekhawatiran anda dalam pernyataan “JIKA ADA SEDULUR MU YANG MENGAMAL KAN AMALAN TIDAK JELAS DI BLOG INI LALU TERKENA IMBAS NEGATIVE AMALAN ITU SIAPKAH KAU MENANGGUNG DOSA NYA?” saya akan menanggapinya demikian. Bahwa semua amalan di dunia manapun pada hakikatnya tetaplah amalan. Amalan adalah cara untuk mencapai tujuan dan cara/jalan bisa banyak dan bervariasi. Kecuali amalan yang sifatnya wajib dan sunnah yang sudah tertera di dalam kitab suci dan as sunah, orang berhak memvariasi amalan sesuai dengan keyakinannya dan menyesuaikan diri dengan konteks jamannya sesuai dengan prinsip-prinsip permufakatan bersama (ij’tihad) untuk menjangka dan menafsirkan kebenaran yang dianggap paling pas. Bentuk Negara, falsafah negara, bentuk pemerintahan, siapa presidennya, bentuk pakaian adat, nyanyian kenegaraan, semua adalah amalan yang tidak ada dalam kitab suci dan as sunah, namun tetap benar karena ada prinsip-prinsip yang tetap bisa diterima oleh akal sehat bersama yang kontekstual di masyarakat yang terus berkembang. Kita sesuaikan amalan hidup di dunia ini dengan budaya dan adat istiadat masyarakat setempat dan kita maknai budaya dalam arti sebuah proses kreatif menuju peradaban yang lebih baik. Jadi bukan produk masa lalu saja, yang akan aus dan usang dimakan jaman.
Amalan adalah salah satu budaya spiritual masyakarat. Dan kita tahu, budaya berbeda dengan agama. Keduanya berada pada aras dan domain yang berbeda meskipun nanti ujung-ujungnya ada titik temu. Manusia yang alamiah akan senantiasa hidup dalam lingkungan sosial kultural tertentu, dan kemudian akan memasuki dalam dimensi kultural religius dan akhirnya religius total. Budaya adalah sedulur papat, serta kiblat papat. Sementara agama adalah lima pancernya. Hubungan vertikal langsung batin kita yang berada di tengah-tengah orientasi (pusat) dengan Yang Maha Dekat.
Fenomena sekarang ini, kita memang masih berada pada logika kausalitas Musa, Kalimullah A.S dimana obyektivitas menjadi pemandu bagi ukuran kebenaran. Kita berhenti di tataran ini dan bahkan larut dalam korban permainan akal dan ego kita. Cermin ego-ego Iblis, laknatullah yang senantiasa ingin pamer kesaktian, adu kekuasaan dan kesombongan.
SIAPKAH SAYA MENANGGUNG DOSA?
Saya akan menjawab pertanyaan saudara dengan terlebih dulu bertanya, apakah hakikat dosa itu? Dosa adalah sebuah kesalahan meletakkan diri dalam koordinat eksistensi diri. Yaitu diri yang tertutup. Monggo kita telusuri bersama. Pada awal agenda perwakilan Tuhan, Tuhan berkenan memaklumkan rencana-NYA dan mendengarkan pendapat malaikat-malaikat sehingga ketentuan bahwa semuanya harus sujud kepada wakil Tuhan adalah hasil suatu hal yang bersifat terbuka. Itulah sistem yang dikehendaki-NYA. Semua taat kepada ketentuan itu kecuali yang ingkar yaitu Iblis. Agenda perwakilan itu adalah suatu amanat dari Tuhan seru sekalian alam, yaitu pengakuan atas kemahaesaan-NYA. Artinya ke-aku-an kita itu demi ke-maha-Esaan-NYA. Maka ketika aku kita telah kita tegakkan semua “sujud” kepadaku, kecuali “aku”
Forum diskusi dengan malaikat itu begitu terbuka sehingga Tuhan berkenan menanyakan alasan pengingkaran Iblis. Jawaban Iblis ternyata memperlihatkan ketertutupannya. Yaitu bahwa Iblis tidak bersedia sujud karena adam terbuat dari tanah. Iblis tertutup kesombongan keakuannya yang terdiri dari unsur api. Padahal, ke-ADAM-an itu justeru terletak pada KETERBUKAANNYA terhadap unsur yang tidak dimiliki oleh para malaikat, yaitu NAMA-NAMA BENDA disamping tiupan RUH dari sisi-NYA. DENGAN DEMIKIAN MAKA KONSTRUKSI KEMANUSIAAN YANG MEMILIKI POTENSI DUKUNGAN BAGI AMANAT KEESAAN-NYA ADALAH KETERBUKAAN TERHADAP ILMU-ILMU (NAMA-NAMA) DALAM BINGKAI PERKENAAN-NYA (Asmaul Husna).
Jadi, dosa adalah menutup diri, klaim kita sendiri, menganggap keyakinan dan prinsip kita sendiri sebagai Tuhan. Keyakinan kita kepada Tuhan jelas beda dengan Tuhan (an sich) pada diri-NYA sendiri. Kita mengaku Tuhan Maha Benar namun keyakinan kita bisa jadi salah. Maka, saat kita mengaku ikrar syahadat TIADA ILAH LAIN SELAIN ALLAH, maka rasakanlah pada saat itu juga bahwa semesta kita terbuka… Tidak ada yang kita yakini lagi selain Kemutlakan ALLAH, sementara keyakinan kita sendiri adalah relatif…. ALLAHU AKBAR…..
Maka, insya allah saya akan ingin dan berusaha untuk selalu terbuka agar tidak berdosa. Semua amalan saya alirkan tanpa saya takut berdosa karena tolok ukur kebenarannya adalah keterbukaan amalan itu: apakah amalan itu bisa diteliti kebenarannya (verifikasi) dan diteliti kesalahannya (falsifikasi).
DAN KALAUPUN PADA AKHIRNYA TERNYATA AMALAN YANG DIPOSTING DI BLOG INI TERNYATA AMALAN YANG BERIMBAS NEGATIF, SAYA SIAP MENANGGUNG SEMUA DOSA SEDULURKU SEMUA. BIARLAH SAYA PENUHI NERAKA DENGAN TUBUH SAYA AGAR SEDULUR SEMUA BISA MERASAKAN NIKMATNYA SURGA.
Raden Sancang Ungu, sedulur saya… dan pada akhirnya, di dalam pelajaran logika kita mengenal cara berpikir pra konseptual yaitu perumusan A=A, A tidak sama dengan Non A dst. Tingkat selanjutnya adalah arah hidup yang semakin terbuka dari yang semula kategorial menjadi potensial…sesuatu yang mengandung potensi tertentu menjadi aktual setelah aktualisasi potensi.
Bahwa RDR itu RDR itu sudah jelas, tetapi yang lebih penting lagi adalah mengamalkan RDR agar pada suatu saat kita dapat memetik buah amalan kita yaitu amar makruf nahi munkar demi MENCARI RIDHO ALLAH SWT… lantas kenapa bila ada sedulur yang ingin mencari Ridho Allah saja dipersulit dan ditutupi? Maka sebagai sohibul ijazah dan pewaris ijazah resmi, saya mohon kiranya bagi anda atau siapapun.. monggo ikhlas mengijazahkan kepada sedulur semua yang membutuhkannya.
Terima kasih dan salam asah asih dan asuh.
@Wongalus,2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar