Juru Angon
Aqidah Islam merupakan aqidah yang sangat jelas
membedakan antara dua hal, yaitu dlahir dan batin. Maksudnya adalah
antara syari’at (yang merupakan pintu yang harus dimasuki oleh semua
orang) dan hakikat (yang hanya bisa dicapai oleh mereka yang terpilih).
Pemisahan kedua hal ini bukanlah pemisahan yang dipaksakan, tetapi lebih
merupakan sesuatu yang sudah semestinya, karena kesiapan manusia itu
berbeda-beda dan sebagian mereka ada yang lebih siap untuk mengetahui
hakikat.
Kami sering menemui banyak orang yang mengumpamakan
syari’at dan hakikat dengan kulit dan isinya atau dengan lingkaran dan
titik pusatnya. Syari’at mencakup aspek i’tiqadi (keyakinan), hukum dan
aspek sosial-kemasyarakatan, yang kesemuanya tidak bisa dipisahkan dari
Islam itu sendiri. Syari’at adalah pintu pertama yang harus dimasuki
oleh orang yang mau menempuh jalan tasawuf. Sedangkan hakikat pada
dasarnya adalah pengetahuan atau ma’rifat semata. Namun demikian, anda
harus mengetahui bahwa ma’rifat inilah yang membuat syari’at memiliki
maknanya yang lebih mendalam. Hakikat memberi nilai tambah bagi
eksistensi syari’at. Sebenarnya, hakikat – meskipun tidak disadari oleh
kebanyakan orang mu’min – adalah “titik pusat”, jika kita umpamakan
dengan titik tengah lingkaran.
Syari’at memerintahkan untuk
melaksanakan ibadah, sedangkan hakikat mengajarkan tentang penyaksian
rubbubiyyah. Syari’at tanpa didukung oleh hakikat tidak akan diterima,
begitu juga hakikat tanpa syari’at tidak akan berhasil dicapai. Syari’at
diturunkan untuk mengatur makhluk, sedangkan hakikat memberitahu
tentang “perbuatan” Allah Swt. Dengan syari’at, engkau menyembah-Nya dan
dengan hakikat, engkau menyaksikan-Nya. Syari’at adalah melaksanakan
apa yang Allah Swt perintahkan, sedangkan hakikat menyaksikan apa yang
oleh Allah Swt telah ditentukan, disembunyikan dan dinampakkan. Saya
pernah mendengar Syiekh Abu ‘Ali al-Daqaq berkata: “Bahwa perkataan
iyyaka na’budu adalah manifestasi dari syari’at, sedangkan perkataan
iyyaka nasta’in sebagai perwujudan dari hakikat. Ketahuilah bahwa
syari’at juga merupakan hakikat, karena syari’at wajib ditaati oleh
hakikat. Hakikat juga merupakan syari’at, karena semua ma’rifat
tentang-Nya diwajibkan dalam syari’at. Lihat al-Risalah al-Qusyairiyah.
Namun
demikian, “batin” tidak hanya hakikat semata tetapi juga mencakup jalan
yang bisa membawa kepada hakikat tersebut, yakni tarekat yang bisa
mengantarkan seseorang dari syari’at menuju hakikat. Jika kita kembali
pada gambar simbolis yang berupa lingkaran dan titik pusatnya, maka
tarekat bisa diumpamakan dengan garis yang menghubungkan tepi lingkaran
dan titik pusatnya. Semua titik yang ada pada tepi lingkaran adalah awal
permulaan garis. Garis-garis ini, yang tidak terbatas jumlahnya,
semuanya berakhir pada satu titik pusat yang sama. Itulah tarekat, yang
bisa berbeda-beda sesuai dengan perbedaan manusia, sehingga ada yang
mengatakan bahwa “Jalan-jalan menuju Allah Swt itu sebanyak nafas anak
Adam”.
Meskipun jalan-jalan itu berbeda satu sama lain, tetapi
tujuannya adalah sama, yakni satu titik yang sama, hakikat yang sama.
Perbedaan-perbedaan yang ada pada titik permulaannya, satu persatu mulai
hilang. Pada saat seorang salik sampai pada tingkatan-tingkatan yang
lebih tinggi, maka hilanglah sifat-sifat kehambaannya (eksistensi
dirinya) – yang pada dasarnya bagaikan penjara bgi ruhaninya. Dia
mengalami fana’ atau kehilangan eksistensi dirinya. Yang ada sekarang
adalah sifat-sifat rabbani dalam dirinya.
Tarekat dan hakikat
adalah dua hal yang menandai tasawuf. Tidak ada madzhab tertentu dalam
tasawuf, karena hakikat itu bersifat mutlak. Begitu juga tidak ada
aliran tertentu dalam tarekat, karena semua jalan itu menuju pada satu
hakikat mutlak, yakni tauhid yang satu. Perlu dicatat, bahwa seorang
sufi tidak mungkin mengaku bahwa dirinya seorang sufi, kecuali dia
seorang yang bodoh. Dengan mengaku sebagai seorang sufi justeru semakin
jelas bahwa dirinya pada hakikatnya adalah bukan seorang sufi. Ini
adalah suatu rahasia antara seorang sufi yang sebenarnya dengan
Tuhannya. Seseorang hanya diperbolehkan untuk mengaku sebagai seorang
mutashawwif, yang merupakan sebutan umum bagi seorang salik pada
tingkatan apapun. Sebutan sufi dalam pengertian yang hakiki tidak bisa
dilekatkan pada seseorang kecuali ia telah sampai pada tingkatan yang
tertinggi.
Mengenai asal usul kata (الصوفي) telah terjadi
berbagai perbedaan pendapat. Masing-masing mengemukakan argumentasinya,
tetapi tidak ada yang lebih baik antara yang satu dengan yang lainnya.
Semuanya tidak bisa diterima. Sesungguhnya, kata (الصوفى) sebenarnya
hanyalah sebutan simbolis saja. Jika kita ingin mengurai maknanya, maka
sebaiknya kita berpegang pada “nilai bilangan” dari huruf-huruf penyusun
kata tersebut. Yang jelas, bahwa nilai bilangan dari huruf-huruf
pembentuk kata (الصوفى) sebanding dengan nilai bilangan dari huruf-huruf
pembentuk kata (الحكيم الالهى). Oleh karena itu, seorang sufi sejati
adalah seseorang yang telah sampai pada al-hikmah al-Ilahiyah
(pengetahuan tertinggi tentang Tuhan). Dia lah yang al-‘arif billah
(yang benar-benar mengetahui atau ma’rifat kepada Allah Swt), karena
Allah Swt tidak bisa diketahui kecuali dengan al-hikmah al-Ilahiyah
tersebut. Itulah pengetahuan tingkat tertinggi, ma’rifat hakiki atau
pengetahuan sejati.
Dari uraian di atas, kita bisa menyimpulkan
bahwa tasawuf bukanlah sesuatu yang “ditempelkan” pada agama Islam.
Tasawuf bukanlah sesuatu yang berasal dari luar Islam. Sebaliknya,
tasawuf adalah bagian paling substantif dari agama Islam. Islam tanpa
tasawuf akan menjadi kurang maknanya, yakni kurang dalam hal
ketinggiannya, karena tasawuf berbicara tentang “titik pusat”. Oleh
karena itu, adalah keliru, jika ada yang mengatakan bahwa tasawuf
berasal dari tradisi di luar Islam, seperti Yunani, India maupun Persia.
Pendapat-pendapat tersebut bertentangan dengan istilah tasawuf itu
sendiri yang memiliki keterkaitan erat dengan bahasa Arab. Jika ada
persamaan antara tasawuf dengan sesuatu yang menyerupainya dalam budaya
atau tradisi lain, maka itu adalah hal yang wajar, dan tidak perlu
dianggap bahwa tasawuf “meminjam” unsur non Islam. Hal ini karena,
selama hakikat itu bersifat tunggal, maka substansi semua aqidah adalah
satu juga, meskipun berbeda bentuk luarnya.
Kita tidak perlu
memberikan perhatian yang lebih untuk mendiskusikan asal-usul kata
tasawuf, yang ternyata terus berlanjut di kalangan sejarawan tasawuf,
khususnya tentang kapan kepastiannya kata tasawuf itu mulai ada.
Kadangkala sesuatu itu telah ada sebelum ia memiliki nama atau sebutan
yang khusus untuknya. Adakalanya sesuatu itu telah ada dengan nama yang
lain dan adakalanya juga sesuatu itu tidak perlu untuk dinamai. Oleh
karena itu, penjelasan yang benar persoalan tersebut adalah sebagai
berikut;
Sesungguhnya sunnah telah memberikan petunjuk yang
sangat jelas bahwa syari’at dan hakikat bersumber langsung pada ajaran
Rasulullah Saw, dan pada kenyataannya, semua tarekat yang benar
berpegang teguh pada silsilah (mata rantai) yang terus bersambung sampai
kepada Rasulullah Saw. Sesungguhnya tasawuf berasal dari Arab-Islam,
sebagaimana dengan al-Qur’an – yang menjadi sumber langsung ajaran
tasawuf – juga Arab-Islam. Jika tasawuf melandaskan ajaran-ajarannya
pada al-Qur’an, maka bisa dipastikan bahwa tasawuf belum diketemukan
sebelum al-Qur’an difahami, ditafsiri dan direnungkan. Dari al-Qur’an
lah memancar sumber kebenaran atau hakikat yang pada kenyataannya adalah
makna terdalam dri al-Qur’an itu sendiri. Pertama kali, al-Qur’an
ditafsirkan dari tinjauan bahasa dan logika. Sedangkan tafsir al-Qur’an
yang bersifat sufistik, yang merenungkan makna al-Qur’an secara mendalam
dan komprehensip, membutukan waktu yang lama. Jika al-Qur’an adalah
sumber syari’at dan hakikat, maka antara syari’at dan hakikat tidak ada
pertentangan apapun. Bagaimana mungkin keduanya bisa bertentangan,
sedangkan sumbernya adalah satu? Bagaimana terjadi pertentangan,
sedangkan hakikat harus berdiri di atas syari’at?
TASAWUF DAN GUGURNYA KEWAJIBAN SYARI’AT
Oleh: Syeikh Abdul Halim Mahmud (Mantan Rektor al-Azhar Mesir)
Alih bahasa: Juru Angon
Kita
sering menemukan adanya provokator dalam setiap bidang kehidupan, baik
dalam bidang keagamaan, politik, keilmuan bahkan dalam bidang tasawuf
itu sendiri. Tujuan para provokator tersebut sangat jelas, yakni
memperoleh keuntungan materiil dengan jalan pintas. Agar agama, ilmu
pengetahuan maupun tasawuf tidak menjadi suatu yang disalahfahami, maka
kita perlu menjelaskan bagaimana para provokator menyembunyikan
wajahnya.
Agama dan ilmu pengetahuan memiliki kebenaran dan
karakteristiknya sendiri yang sangat jelas, sehingga bisa menjadi “alat
ukur” untuk mengungkap berbagai kebohongan dan kebatilan yang telah
dilontarkan oleh para pendusta. Begitu juga dengan tasawuf.
Kami
kemukakan hal di atas, karena berkaitan dengan apa yang pernah kami
dengar berkaitan dengan adanya bid’ah dlalalah (bid’ah yang sesat) yang
telah meresap dalam sebagian hati orang-orang yang belum mendalami agama
secara khusus dan tasawuf secara umum.
Bid’ah ini memandang
bahwa seseorang yang telah sampai pada tingkatan ma’rifat tertentu, ia
dibebaskan dari kewajiban syari’at, sehingga ia boleh meninggalkan
shalat, zakat, haji dan lain-lain yang telah menjadi kewajiban seorang
muslim.
Ironisnya, pandangan tersebut pertama kali dimunculkan oleh
mereka yang menggeluti bidang hukum dan syari’at. Mereka mengaku bahwa
dirinya telah sampai pada tingkat ma’rifat tasawuf yang tertinggi dan
sampai pada satu kondisi yang menurut anggapan mereka sudah tidak
diwajibkan lagi menjalankan kewajiban-kewajiban syari’at.
Ketika
saya melacak sumber “ma’rifat” mereka, maka anda pasti akan sangat
heran, karena sumber pengetahuan mereka tidak lain adalah ruh-ruh yang
sengaja mereka hadirkan – yang menurut mereka – melalui perantaraan
tubuh seseorang. Ruh-ruh tersebut memberikan informasi kepada mereka
mengenai berbagai persoalan ghaib dan lain-lain.
Perbuatan bid’ah
yang berupa “menghadirkan ruh” telah bgitu tersebar dan populer di
kalangan mereka. Kegiatan tersebut telah menjadi “agama” mereka. Dalam
pandangan mereka, informasi yang diberikan ruh tersebut mengalahkan
kedudukan al-Qur’an dan Sunnah.
Lebih ironis lagi, mereka justeru
mengaku sebagai pengamal ajaran tasawuf. Mereka menganggap diri mereka
sebagai tokoh sufi, orang ‘arif dan orang yang memperoleh ilham. Bahkan
ada yang sudah keterlaluan karena mengaku sebagai seorang wali. Ada juga
yang mengaku sebagai seorang rasul. Bahkan ada yang berani mengaku
bahwa dirinya adalah Isa (‘alaihi salam), kemudian ada juga yang mengaku
sebagai Nabi Muhammad Saw.
Yang lebih keterlaluan lagi, ada yang
bahwa “kemanusiaan” yang ada dalam dirinya telah lenyap dalam sekejap,
kemudian mengaku kepada para pengikutnya bahwa “Tuhan telah menyatu
dengan dirinya”. Semua pengakuan orang tersebut selalu diperkuat dan
didukung oleh ruh yang dihadirkannya. Ruh tersebut selalu membenarkan
apa yang dikatakan orang tersebut. Maha benar Allah Swt, karena Dia
memberikan perumpamaan tentang orang yang berhubungan dengan jin dan
berpaling dari jalan kebenaran.
“Dan ada beberapa orang laki-laki di
antara manusia yang meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di
antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan”
Qs. Al-Jin; 6).
Mungkin anda akan bertanya: “Apakah ada hubungan
antara menghadirkan ruh dengan tasawuf?” Jawaban ahli tasawuf tentang
hal itu sangat jelas, bahwa antara menghadirkan ruh dengan tasawuf sama
sekali tidak memiliki keterkaitan, justeru sebaliknya, keduanya saling
bertentangan. Para ahli tasawuf menganggap bahwa menghadirkan ruh
termasuk perbuatan pembodohan, karena hal itu sama saja dengan bekerja
sama dengan jin dan syaitan. Allah Swt berfirman tentang hal itu.
“Apakah
akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa syaitan-syaitan itu turun?
Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa, mereka
menghadapkan pendengaran (kepada syaitan) itu, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang pendusta” (Qs. Al-Syu’ara; 221-223).
Allah Swt
juga berfirman: “Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang
Maha Pemurah (Al Qur’an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan)
maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan
sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari
jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk”
(Qs. Al-Zuhruf; 36-37).
Tujuan tulisan kami di sini hanyalah
untuk menjelaskan pandangan tasawuf tentang “gugurnya
kewajiban-kewajiban syari’at”. Persoalan ini sering dianggap bukan
sebagai sesuatu yang bid’ah (mengada-ada) oleh mereka yang mengaku
sebagai orang sufi di era modern ini. Sesungguhnya, persoalan tersebut
merupakan kesesatan yang telah ada sejak lama dan telah muncul di
tengah-tengah masyarakat, kemudian dianggap sebagai salah satu dasar
ajaran tasawuf. Suatu anggapan yang sangat keliru dan ditentang oleh
tokoh-tokoh sufi yang sejati kapanpun dan di manapun mereka berada.
Yang
pasti, jika ada beberapa problem atau permasalahan, maka yang menjadi
rujukan dalam penyelesaiannya adalah mereka yang benar-benar menguasai
bidang permasalahan tersebut. Oleh karena itu, ketika kami merujuk pada
tokoh-tokoh tasawuf yang tidak lagi diragukan kredibilitasnya, baik
mereka yang hidup di masa lalu maupun di era modern sekarang ini,
semuanya sangat mengingkari dan menentang pendapat di atas. Mereka
menganggap bahwa gagasan tentang “gugurnya kewajiban syari’at” merupakan
gagasan atau pendapat yang menyesatkan, penuh kebohongan dan tidak
sejalan dengan ajaran agama secara umum.Kami akan membicarakan tentang
pendapat sebagian ahli tasawuf klasik mengenai persoalan tersebut.
Abu
Yazid al-Busthami pernah berkata kepada salah seorang temannya:
“Marilah kita sama-sama melihat seorang lelaki yang mengaku dirinya
sebagai seorang wali” – dan dia memang dikenal ke-zuhud-annya. Kemudian,
ketika laki-laki tadi keluar dari rumahnya dan memasuki masjid, dia
membuang ludahnya ke arah kiblat. Melihat kejadian tersebut, Abu Yazid
langsung bergegas meninggalkannya dan tidak memberi salam kepadanya,
lalu beliau berkata: “Laki-laki tadi tidak bisa mengamalkan akhlaq
Rasulullah Saw, bagaimana mungkin pengakuannya (sebagai seorang wali)
bisa dipercaya?”
Abu Yazid al-Busthami juga pernah berkata:
“Kalian jangan tertipu, jika kalian melihat seseorang yang memiliki
karamah -meski dia bisa terbang di udara-, sampai kalian melihat
bagaimana orang tersebut melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan
Allah Swt, menjaga dirinya dari hudud (hukum pidana Allah Swt) dan
bagaimana dia melaksanakan syari’at Allah Swt.”
Sahl al-Tusturi
mengatakan tentang pinsip-prinsip dasar tasawuf: “Dasar-dasar tasawuf
itu adalah tujuh, yaitu berpegang teguh pada al-Qur’an; meneladani
Sunnah Nabi Muhammad Saw; memakan makanan yang halal; menahan diri dari
menyakiti (orang lain); menjauhi maksiyat; senantiasa bertaubat; dan
memenuhi segala yang telah menjadi kewajibannya”.
Al-Junaid,
seorang tokoh dan Imam para sufi, berkata – sebagaimana dikutip oleh
al-Qusyairi: “Barang siapa yang tidak menghafal al-Qur’an dan tidak
menulis hadits, maka janganlah ia mengikuti jalan tasawuf ini, karena
ilmu kami ini berasal dari dalil-dalil al-Qur’an dan sunnah.” Beliau
menambahkan: “Ilmu kami ini selalu diperkuat dengan hadits Rasulullah
Saw”. Beliau juga berkata: “Pada dasarnya jalan tasawuf itu tertutup
bagi semua orang, kecuali bagi mereka yang memilih jalan yang ditempuh
Rasulullah Saw, mengikuti sunnahnya dan terus tetap berada di jalannya.”
Pernah
ada seorang laki-laki yang menuturkan tentang ma’rifat di hadapan
al-Junaid dengan berkata: “Ahli ma’rifat kepada Allah Swt akan sampai
pada satu kondisi dimana ia bisa meninggalkan perbuatan baik apapun dan
ber-taqarrub¬ kepada Allah Swt”. Mendengar perkataan orang tersebut,
al-Junaid berkata: “Itulah pendapat sekelompok orang yang menyatakan
tentang ‘gugurnya amal perbuatan’, dan hal ini, menurutku, merupakan
suatu kesalahan atau dosa yang sangat besar. Bahkan orang yang mencuri
dan bezina masih lebih baik keadaannya daripada orang yang mengatakan
pendapat tersebut”.
Jika kita menengok pada Imam al-Ghazali, maka
kita akan melihat bahwa beliau menyatakan pendapatnya dengan tegas,
jelas dan kuat argumentasinya. “Ketahuilah, bahwa orang yang menempuh
perjalanan menuju Allah Swt itu sangat sedikit jumlahnya, namun mereka
yang mengaku-aku sangat banyak jumlahnya. Kami ingin anda mengetahui
seorang salik yang sebenarnya, antara lain; semua amal perbuatannya yang
bersifat ikhtiyari selalu selaras dengan aturan-aturan syari’at, baik
keinginannya, aktualisasinya maupun performansinya. Karena tidak mungkin
bisa menmpuh jalan tasawuf, kecuali setelah ia benar-benar menjalankan
syari’at. Tidak ada orang yang akan sampai (pada tujuan tasawuf),
kecuali mereka yang selalu mengamalkan amalan-amalan sunah. Oleh karena
itu, bagaimana mungkin seseorang yang meremehkan kewajiban-kewajiban
syari’at bisa sampai (pada tujuan tasawuf tersebut)?”
Jika anda
bertanya: “Apakah kedudukan salik akan sampai pada suatu tingkatan di
mana ia boleh meninggalkan sebagian yang menjadi kewajiban syari’atnya
dan atau melakukan sebagian perbuatan yang dilarang oleh syari’at,
sebagaimana pendapat sebagian syeikh yang menggampangkan persoalan
tersebut?”
Jawabanku: “Ketahuilah, bahwa pendapat tersebut
merupakan bentuk tipuan dan kebohongan yang nyata, karena orang-orang
sufi sejati mengatakan: ‘Jika engkau melihat seseorang yang dapat
terbang di atas udara dan berjalan di atas air tetapi dia melakukan satu
hal yang bertentangan dengan syari’at, maka ketahuilah bahwa dia adalah
syaitan’.”
Selanjutnya, kita sampai pada pendapat Abi Hasan
al-Syadzali yang mengatakan: “Jika kasyf-mu bertentangan dengan
al-Qur’an dan Sunnah, maka berpeganglah kepada al-Qur’an dan Sunnah dan
abaikanlah kasyf-mu itu, lalu katakan pada dirimu sendiri; sesungguhnya
Allah Swt telah memberikan jaminan tentang kebenaran al-Qur’an dan
Sunnah kepadaku, tetapi Allah Swt tidak memberikan jaminan kepadaku
tentang kebenaran kasyf, ilham dan musyahadah kecuali setelah
dikonfirmasikan dengan al-Qur’an dan Sunnah”.
Orang-orang sufi
mengikuti semua petunjuk yang berupa nash al-Qur’an dan Sunnah, baik
Sunnah qauliyah (perkataan Nabi) maupun Sunnah ‘amaliyah (perbuatan
Nabi). Mereka pasti sangat menyadari akan kebenaran sejarah bahwa
Rasulullah Saw adalah contoh ideal dalam segala hal hingga akhir
hayatnya.
Itulah beberapa pendapat dari kalangan sufi klasik.
Sebagai penutup, kami kutipkan sebuah hadits Nabi Muhammad Saw. Beliau
pernah ditanya tentang sekelompok orang yang meninggalkan amal perbuatan
atau kewajiban agama, tetapi mereka ber-husnu al-dzan (berprasangka
baik) kepada Allah Swt. Rasulullah Saw menjawab: “Mereka itu bohong,
kalau mereka itu berprasangka baik, tentu baik pula amal perbuatan
mereka”. @@@
Bulu Perindu Sukma
Bulu Perindu Asli Kalimantan
Di dalam blog ini akan saya jelaskan tentang khasiat dari Bulu Perindu yang melegenda yang khasiat utamanya adalah sebagai media pengasihan atau pemikat lawan jenis,baik Pria ataupun Wanita. Bulu perindu dapat mengatasi Solusi asmara anda yang kandas,pacar di ambil orang,cinta bertepuk sebelah tangan, dan semua yang berhubungan dengan asmara ..
Testing Video Keaslian Bulu Perindu Sukma
mahar tingkat satu 300.000 sudah ongkos kirim
khasiatnya antara lain.. pengasihan, pemikat lawan jenis, penarik simpati, disenangi atasan bawahan, pelaris usaha, pelet, cepat dapat jodoh,mengembalikan pasangan yang selingkuh, cocok untuk pria dan wanita.
mahar tingkat Dua 550.000 ribu sudah ongkos kirim
Khusus yang tingkat dua perbedaanya dengan tingkat satu adalah khusus bagi yang sudah berumah tangga atau sudah menikah, mengapa demikian karena power atau bulu perindu tingkat 2 mempunyai power 2x lebih besar dari tingkat 1 karena untuk orang yang sudah menikah rata-rata mempunyai aura yang sudah melemah karena faktor energi cakranya yang meredup akibat sudah seringnya berhubungan badan, jadi di butuhkan kekuatan ekstra untuk
menggunakan bulu perindu ini.
kekuatan bulu perindu tingkat 2 ini di fokuskan untuk mengembalikan pasangan yang selingkuh/pergi dengan laki-laki lain atau sudah tidak cinta lagi
khasiatnya antara lain..
pengasihan, pemikat lawan jenis, penarik simpati, disenangi atasan bawahan, pelaris usaha, pelet, cepat dapat jodoh,mengembalikan pasangan yang selingkuh, cocok untuk pria dan wanita tanpa ritual,puasa dan tanpa pantangan juga bisa di wariskan ke Anak CucuTanpa perlu panjang lebar berikut Testimoni para pemakai Bulu Perindu Sukma.
"Disclaimer : Hasil dan manfaat dari media bulu perindu ini akan berbeda-beda terhadap individualnya"
"Bagi Para Pria dan wanita Yang Ingin Berhasil Dalam Mengatasi masalah asmara,jodoh,perselingkuhan,agar di sayang atasan dan juga pelaris usaha,Bisa Menggunakan Bulu Perindu Ini Sebagai Solusi"
Pembayaran dapat di lakukan ke salah satu rekening di bawah ini:
"Disclaimer : Hasil dan manfaat dari media bulu perindu ini akan berbeda-beda terhadap individualnya"
setelah transfer harap konfirmasi sms ke no HP 081375545915 Pin BB : 29A3B191 ( Hendro Susilo )( Hendro Susilo ) sertakan juga no hp dan alamat lengkap saudara untuk memudah kan pengirimam bulu perindu. bulu perindu dan tata cara penggunaanya akan di kirim melalui JASA JNE,TIKI DAN POS Code Resi Paket pengiriman anda dapat di lihat di " CEK STATUS PENGIRIMAN " di bawah ini
dengan cara memsukkan nomor barcode/resi pengiriman yang akan saya berikan kepada anda melalui email/sms NB: untuk pemohon agar terlebih dahulu mengirimkan email atau sms ke alamat buluperindusukma@gmail.com dan jika ingin kontak langsung hub atau sms ke no HP 081375545915 Pin BB : 29A3B191 ( Hendro Susilo )
TESTIMONI DARI BB
Bukti pengiriman JNE dan Pos Indonesia
MAHAR PELET MANTRA 550.000 |MAHAR PELET FOTO |850.000 | MAHAR PELET SEMAR MESEM | 550.000 | MAHAR PUTER GILING 1000.000 | TLP/SMS HP 081375545915 Pin BB : 29A3B191 ( Hendro Susilo ) : JNE TIKI POS
Bulu Perindu Asli Kalimantan
Di dalam blog ini akan saya jelaskan tentang khasiat dari Bulu Perindu yang melegenda yang khasiat utamanya adalah sebagai media pengasihan atau pemikat lawan jenis,baik Pria ataupun Wanita. Bulu perindu dapat mengatasi Solusi asmara anda yang kandas,pacar di ambil orang,cinta bertepuk sebelah tangan, dan semua yang berhubungan dengan asmara ..
Ciri - ciri keaslian
Jika di tetesi / dibasahi air dan di letakkan di atas lantai atau sehelai kertas, maka secara menakjub kan Bulu Perindu tersebut akan menggeliat - geliat laksana seekor cacing. Sepasang Bulu Perindu jika di dekatkan / dipertemukan ujung - ujungnya, secara ajaib akan berangsur - angsur saling mendekat dan melilit.
Testing Video Keaslian Bulu Perindu Sukma
mahar tingkat satu 300.000 sudah ongkos kirim
khasiatnya antara lain.. pengasihan, pemikat lawan jenis, penarik simpati, disenangi atasan bawahan, pelaris usaha, pelet, cepat dapat jodoh,mengembalikan pasangan yang selingkuh, cocok untuk pria dan wanita.
mahar tingkat Dua 550.000 ribu sudah ongkos kirim
Khusus yang tingkat dua perbedaanya dengan tingkat satu adalah khusus bagi yang sudah berumah tangga atau sudah menikah, mengapa demikian karena power atau bulu perindu tingkat 2 mempunyai power 2x lebih besar dari tingkat 1 karena untuk orang yang sudah menikah rata-rata mempunyai aura yang sudah melemah karena faktor energi cakranya yang meredup akibat sudah seringnya berhubungan badan, jadi di butuhkan kekuatan ekstra untuk
menggunakan bulu perindu ini.
kekuatan bulu perindu tingkat 2 ini di fokuskan untuk mengembalikan pasangan yang selingkuh/pergi dengan laki-laki lain atau sudah tidak cinta lagi
khasiatnya antara lain..
pengasihan, pemikat lawan jenis, penarik simpati, disenangi atasan bawahan, pelaris usaha, pelet, cepat dapat jodoh,mengembalikan pasangan yang selingkuh, cocok untuk pria dan wanita tanpa ritual,puasa dan tanpa pantangan juga bisa di wariskan ke Anak CucuTanpa perlu panjang lebar berikut Testimoni para pemakai Bulu Perindu Sukma.
"Disclaimer : Hasil dan manfaat dari media bulu perindu ini akan berbeda-beda terhadap individualnya"
"Bagi Para Pria dan wanita Yang Ingin Berhasil Dalam Mengatasi masalah asmara,jodoh,perselingkuhan,agar di sayang atasan dan juga pelaris usaha,Bisa Menggunakan Bulu Perindu Ini Sebagai Solusi"
|
"Disclaimer : Hasil dan manfaat dari media bulu perindu ini akan berbeda-beda terhadap individualnya"
|
Bank BCA Kantor Cabang: KCU Bukit Barisan
No. Rekening : 3831172434
Nama Pemilik : Hendro Susilo
|
Bank Mandiri Kantor Cabang: KCP Medan Simpang pos
No. Rekening : 105-00-1057268-7
Nama Pemilik : Hendro Susilo
|
setelah transfer harap konfirmasi sms ke no HP 081375545915 Pin BB : 29A3B191 ( Hendro Susilo )( Hendro Susilo ) sertakan juga no hp dan alamat lengkap saudara untuk memudah kan pengirimam bulu perindu. bulu perindu dan tata cara penggunaanya akan di kirim melalui JASA JNE,TIKI DAN POS Code Resi Paket pengiriman anda dapat di lihat di " CEK STATUS PENGIRIMAN " di bawah ini
dengan cara memsukkan nomor barcode/resi pengiriman yang akan saya berikan kepada anda melalui email/sms NB: untuk pemohon agar terlebih dahulu mengirimkan email atau sms ke alamat buluperindusukma@gmail.com dan jika ingin kontak langsung hub atau sms ke no HP 081375545915 Pin BB : 29A3B191 ( Hendro Susilo )
TESTIMONI DARI BB
Bukti pengiriman JNE dan Pos Indonesia
MAHAR PELET MANTRA 550.000 |MAHAR PELET FOTO |850.000 | MAHAR PELET SEMAR MESEM | 550.000 | MAHAR PUTER GILING 1000.000 | TLP/SMS HP 081375545915 Pin BB : 29A3B191 ( Hendro Susilo ) : JNE TIKI POS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar