Oleh Ki Salik
DITERJEMAHKAN DARI TULISAN SYEIKH ABDUL HALIM MAHMUD, MANTAN REKTOR AL-AZHAR, MESIR.
1.
Kami ingin memulai secara langsung dengan menguraikan sejenak tentang
batasan diskusi dalam tema tersebut, yakni kami ingin membicarakan
tentang wihdah al-wujud (kesatuan wujud) dan bukan tentang wihdah
al-maujud (kesatuan maujud). Hal yang maujud itu banyak sekali, seperti
langit, bumi, gunung, laut, pepohonan, spesies manusia dan lain-lain.
Semua yang maujud tersebut memiliki perbedaan bentuk, rupa, warna, rasa ,
makanan, ukuran beratnya dan lain-lain. Tak ada seorang pun dari
kalangan sufi yang sejati – seperti Ibn ‘Arabi dan al-Hallaj – yang
mengatakan tentang wihdah al-maujud. Kalau orang mu’min yang biasa saja
tidak pernah mengatakan tentang wihdah al-maujud, apalagi orang-orang
sufi – yang merupakan mutiara orang-orang beriman. Mereka sangat takut
untuk mengatakan yang demikian.
2. Pembelokan makna wihdah al-wujud menjadi wihdah al-maujud, ternyata banyak pendukungnya dalam setiap periode waktu.
Pertama,
pada saat ulama sufi mengatakan tentang al-wujud al-wahid (wujud yang
satu), para musuh mereka justeru menjelaskan konsep al-wujud al-wahid
tersebut dengan pendekatan filosofis, sehingga wihdah al-wujud difahami
dengan wihdah al-maujud, padahal di antara keduanya terdapat perbedaan
yang sangat besar. Namun demikian, kebanyakan musuh kaum sufi
menggunakan segala cara yang penuh dengan kebohongan dan keduastaan demi
mematahkan argumentasi kaum sufi. Dalam pandangan mereka, “tujuan bisa
menghalalkan segala cara”.
Kedua, satu hal yang berpengaruh terhadap
kesalahfahaman tentang konsep sufi mengenai al-wujud al-wahid adalah
pendapat Imam al-Asy’ari yang melihatnya dari kacamata filsafat kalam,
bahwa “wujud adalah maujud itu sendiri”. Pendapat yang bercorak
filosofis ini tentu tidak disepakati oleh orang-orang sufi dan juga oleh
kebanyakan para pemikir Islam dan para filosofnya. Dalam pendapatnya
yang bercorak filosofis ini, Abu al-Hasan al-Asy’ari bisa saja salah dan
bisa saja benar. Begitu juga pendapat dan pemikiran filosofis beliau
yang lain, bisa jadi salah dan bisa saja benar.
Sedangkan mereka yang
tidak sepakat dengan pendapat al-Asy’ari di atas, memandang bahwa wujud
tidak sama dengan maujud. Dengan wujud ini, jadilah wujud al-maujud.
Ketika orang-orang sufi mengatakan tentang al-wujud al-wahid, para musuh
mereka – apapun madzhab mereka – menjelakan konsep tersebut dengan
mendasarkan diri pada pendapat al-Asy’ari di atas, sehingga mereka
mengatakan bahwa al-wujud al-wahid sama dengan al-maujud al-wahid.
Penjelasan dengan cara seperti ini – yakni dengan mendasarkan diri pada
pendapat al-Asy’ari – membuat pendapat mereka lebih bisa dipercaya di
mata musuh-musuhnya.
Persoalan ketiga, yang juga perlu diperhatikan
adalah bahwa pendapat tentang wihdah al-maujud – dalam kacamata logika
pembahasan – kurang bisa dibenarkan. Lagi pula gagasan tentang wihdah
al-maujud yang tersebar di sana sini, merupakan sesuatu yang kacau dan
menyesatkan, baik ditinjau dari segi maknanya maupun dari segi nilai
filosofisnya, apa lagi konsep tersebut tidak dikenal dalam ajaran islam.
Singkat kata, konsep tersebut – baik bentuk maupun maknanya – merupakan
konsep yang menyesatkan.
Tambahan lagi, bahwa ungkapan wihdah
al-maujud – yang sering dinisbatkan kepada al-Hallaj maupun kepada tokoh
sufi yang lain – ternyata tidak pernah ditemukan dalam buku-buku
mereka. Mereka tidak pernah menulis tentang konsep tersebut. Oleh karena
itu, sangat jelas bahwa musuh-musuh mereka sengaja menisbatkan konsep
tersebut kepada al-Halaj dan tokoh sufi yang lain, sehingga mereka
memiliki alasan untuk menghukumi al-Hallaj dan kawan-kawan sebagai
orang-orang yang kafir dan sesat.
3. Al-Wujud al-Wahid (wujud atau eksistensi yang satu)
Apakah
ada hal yang meragukan dalam konsep al-wujud al-wahid tersebut?
Sesungguhnya, itulah wujud Allah Swt yang ada dengan sendirinya tanpa
membutuhkan sesuatu yang lain. Itulah wujud yang sebenarnya yang telah
memberikan wujud kepada setiap yang ada. Tanpa wujud itu, maka sesuatu
tidak mungkin ada. Wujud itulah Yang Maha Menciptakan, Yang Maha
Meng-ada-kan dan Yang Maha Membentuk Rupa.
“Dialah yang membentuk
kamu dalam rahim sebagaimana yang dikehendaki-Nya. Tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) selain Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”
(Qs. Ali Imran; 6).
Dengan demikian, hubungan Allah Swt dengan
manusia adalah bahwa Allah Swt memberikan wujud kepada manusia yang
dikehendaki-Nya, dalam setiap saat dan tersus menerus, sehingga manusia
bisa hidup dalam “bentuk atau rupa” yang sesesuai dengan kehendak-Nya.
Sedangkan hubungan Allah Swt dengan makhluk yang lain atau segala yang
ada, juga sama polanya dengan hubungan antara Allah Swt dengan manusia.
Misalnya, “Allah Swt menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan
sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat
menahan keduanya selain Allah” (Qs. Fathir; 41).
Yakni, Allah Swt
mempertahankan wujud langit dan bumi, tetap mengatur keduanya dan tetap
membuat keduanya berjalan seiring. Allah Swt mempertahankan langit dan
bumi agar keduanya tetap ada dan berfungsi masing-masing. Jika Allah Swt
tidak lagi “menahan” atau mempertahankan keduanya, maka keduanya akan
binasa dan hancur berantakan.
Sesungguhnya Allah Swt senantiasa
mengatur alam semesta ini. dia mengatur langit dan bumi, mengetahui apa
yang dilakukan oleh setiap yang bernyawa, mengetahui semua butir atom,
bahkan yang lebih kecil dari itu pun Allah Swt mengetahui dan
mengaturnya, begitu juga dengan makhluk-makhluk lain yang besar-besar.
Semuanya – baik yang di langit maupun yang di bumi – tidak bisa lepas
dari ke-Maha Tahu-an Allah Swt.
Tentang ke-Maha Pengaturan Allah Swt
ini, al-Qur’an dan Sunnah telah menjelaskannya dengan sangat gamblang,
agar manusia tidak terlena; agar manusia menyadari bahwa keberadaan
mereka tidak bersifat abadi; agar mereka tidak mengikuti hawa nafsunya;
agar mereka “melepaskan pandangannya” ke atas dan menyaksikan cakrawala
Tuhan; agar mereka mentauhidkan Allah Swt dalam bentuk beribadah
kepada-Nya dengan seikhlas-ikhlasnya. Suatu keikhlasan yang tidak
bercampur dengan syirik yang berupa hawa nafsu, harta, meteri maupun
naluri kehewanannya.
Kami ingin menggambarkan bagaimana pendapat
al-Qur’an tentang hal ini. Sesungguhnya Allah Swt telah menghadapkan
kita dalam surat al-Waqi’ah dengan berbagai pertanyaan yang biasanya
kita lupakan;
o “Jelaskanlah (kepada-Ku) tentang air mani yang kamu
pancarkan. Apakah kamu yang menciptakannya, atau Kami yang
menciptakannya?”(Qs. al-Waqi’ah; 58-59).
o “Jelaskanlah (kepada-Ku)
tentang apa yang kamu tanam? Apakah kamu yang menumbuhkannya ataukah
Kami yang menumbuhkannya?” (Qs. al-Waqi’ah; 63-64).
o “Jelaskanlah
(kepada-Ku) tentang air yang kamu minum? Apakah kamu yang menurunkannya
dari awan ataukah Kami yang menurunkannya?” (Qs. al-Waqi’ah; 68-69).
o
“Jelaskanlah (kepada-Ku) tentang api yang kamu nyalakan (dari
gosokan-gosokan kayu)? Apakah kamu yang menjadikan kayu itu atau Kamikah
yang menjadikannya?’ (Qs. al-Waqi’ah; 71-72).
Dari beberapa ayat di
atas, dapat diambil logika kebalikannya, yakni jika Allah Swt
menghendaki, bisa saja Dia tidak menciptakan apapun, Dia tidak
menjadikan suatu buah menjadi masak, Dia tidak menurunkan air dari awan,
Dia tidak menumbuhkan kayu bakar, dan lain-lain. Sesungguhnya, di
tangan Allah Swt lah segala urusan, baik yang positif maupun yang
negatif. Di tangan Allah Swt lah urusan makhluk-Nya, apakah Dia mau
menciptakan ataukah tidak.
Tidakkah kamu berfikir tentang “lemparan”
yang kamu lempar? Sesungguhnya “bukan kamu yang melempar ketika kamu
melempar, tetapi Allah-lah yang melempar…” (Qs. al-Anfal; 17). Tidakkah
kamu berfikir tentang kemenangan dalam jihad(mu)? Sesungguhnya Allah Swt
lah yang membuat kamu menang dalam berjihad. Sedangkan mereka yang
terbunuh sesungguhnya “bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi
Allah lah yang membunuh mereka” (Qs. al-Anfal; 17).
Begitu juga, Allah Swt lah yang telah memberikan rizki dan makanan bagi manusia.
“Maka
hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami
benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah
bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu,
anggur dan sayur-sayuran, zaitun dan pohon kurma, kebun-kebun (yang)
lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan, untuk kesenanganmu dan
untuk binatang-binatang ternakmu” (Qs. ‘Abasa; 24-32).
4. Ke-Maha
Tahu-an dan ke-Maha Kuasa-an Allah Swt sebenarnya telah dirasakan dan
dialami oleh manusia, tetapi mereka tidak pernah memperhatikannya.
Mereka seperti hewan yang tidak pernah berfikir dan merenungkan semua
itu. Allah Swt tidak pernah “disemayamkan” dalam hati dan keinginan
mereka. Keinginan dan cita-cita mereka hanya berurusan dengan bagaimana
caranya mereka bisa mengisi perut mereka, menimbun emas dan permata,
meraih jabatan dan bagaimana mereka mempertahankan kekuasaannya. Mereka
mendengar ayat-ayat Allah Swt, tetapi tidak pernah merenungkannya.
Ayat-ayat tersebut tidak pernah berpengaruh dalam diri mereka. Mereka
tenggelam dalam ni’mat Allah Swt yang teramat banyak, tetapi semua
ni’mat itu tidak membuat mereka berterima kasih dan bersyukur kepada
Allah Swt. Allah Swt tidak “berada” dalam hati, pikiran, lingkungan dan
kehidupan mereka.
Namun demikian, ada sebagian manusia yang tidak
memiliki sifat-sifat di atas. Mereka itulah orang-orang yang tenggelam
dan menyaksikan kebenaran dan cakrawala Ilahiyah, berenang dalam
samudera-Nya dan menemukan mutiaranya. Mereka selalu bersyukur dan
berterima kasih atas segala ni’mat dan karunia-Nya yang selalu mereka
rasakan dalam setiap sendi kehidupan mereka, sehingga Allah Swt pun
menambahkan ni’matnya kepada mereka. “Jika kalian bersyukur, maka Aku
tambahkan (ni’mat-Ku) kepada kalian…” (Qs. Ibrahim; 7).
Mereka
bertaqwa kepada Allah Swt dengan sebenar-benar taqwa, sehingga Allah Swt
memberikan ilmu kepada mereka. Mereka menjadikan Allah Swt sebagai
Petunjuk dan Penolongnya, sehingga Allah Swt pun memberi petunjuk kepada
mereka menuju jalan-Nya yang lurus dan menolong mereka terhadap diri
mereka sendiri dan musuh-musuh mereka. Mereka secara terus menerus
berusaha untuk merealisasikan makna tauhid, baik dalam ucapan, aqidah,
perasaan maupun perbuatannya. Mereka betul-betul menghayati bahwa
pernyataan Asyhadu an lailaha illallah mengandung makna yang sangat
dalam yang tidak mungkin bisa dihayati oleh selain mereka.
Bagi
mereka, makna syirik sangat jelas dalam bentuk yang tidak mungkin bisa
difahami oleh orang-orang yang masih disibukkan oleh urusan duniai dan
keluarga. Mereka hancurkan syirik dan berhala-berhalanya yang berupa
hawa nafsu, syaitan, egoisme dan lain-lain. Singkat kata, mereka tutup
semua pintu yang berpotensi menimbulkan syirik, agar syirik tidak
bersemayam dalam hati mereka, baik syirik yang nyata maupun syirik yang
tersembunyi. Dengan demikian, makna la ilaha illallah menjadi mantap dan
kokoh dalam perasaan, tingkah laku dan maqam mereka. “… maka ke manapun
kamu menghadap di situlah wajah Allah” (Qs. al-Baqarah; 115).
Di
manapun mereka berada, Allah Swt senantiasa bersamanya. Allah Swt lebih
dekat kepada mereka daripada urat leher mereka sendiri. Allah Swt lebih
dekat kepada mereka daripada teman dan keluarga mereka. Allah Swt
meliputi mereka, sehingga mereka tidak melihat selain Allah Swt yang
bisa mengokohkan langit dan bumi. Mereka tidak melihat selain Allah Swt
yang bisa memudahkan urusan. Dalam pandangan mereka, tidak ada yang bisa
memiliki kekusaan selain Allah Swt. Dia-lah yang memberikan kekuasaan
kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dia juga yang melengserkan
kekuasaan dari tangan siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dia-lah yang
memuliakan dan menghinakan siapa saja yang dikehendaki-Nya.
Mereka
telah menjadi rabbaniyun. Allah Swt “ada” dalam penglihatan,
pendengaran, anggota tubuh dan hati mereka. Tidak ada yang luput dari
pengawasan Allah Swt.
5. Para sufi membantu mereka yang ingin
menempuh jalan menuju Allah Swt dan melakukan jihad secara terus menerus
agar manusia bisa melepaskan diri dari belenggu materi dan melepaskan
pandangannya ke langit.
Para sufi berusaha untuk menghadapkan wajah
manusia kepada Allah Swt melalui ni’mat-Nya yang telah mereka rasakan
dan juga melalui ciptaan-Nya. Sungguh, Allah Swt telah menyempurnakan
setiap ciptaan-Nya. Mereka menghadapkan wajah manusia kepada Allah Swt
melalui bunga yang sedang berkembang; melalui pepohonan yang sedang
tumbuh; melalui matahari yang bersinar cerah; melalui bulan yang
bersinar lembut; dan melalui bintang-bintang yang bertebaran dan berada
dalam orbitnya. Singkat kata, melalui semua cipatan-Nya yang ada di alam
semesta ini, para sufi mencoba menjelaskan makna ayat di bawah ini;
“Maha
Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji
kamu, siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun. Yang telah menciptakan tujuh langit
berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang
Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang,
adakah kamu melihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah
sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak
menemukan sesuatu yang cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan
payah”(QS. al-Mulk; 1-4).
Bahasa kaum sufi adalah bahasa penghayatan,
bukan seperti ungkapan “berbusa” para ulama kalam dan filsafat. Dalam
bahasanya sendiri, kaum sufi memaparkan bahwa Allah Swt memberikan wujud
kepada semua yang maujud; menjadikan yang berdiri bisa berdiri; membuat
yang berjalan bisa berjalan; dan menyebabkan yang bergerak menjadi
bergerak.
Allah Swt – dalam bahasa Ahli Sunah, khususnya penganut
Asy’ariyah – adalah yang memotong, tetapi Dia bukan pisau yang memotong.
Dia-lah yang membakar, tetapi Dia bukan api yang membakar. Dia-lah –
ketika Dia menghendaki – yang berfirman kepada api: “Hai api menjadi
dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim” (Qs.al-Anbiya; 69),
sehingga api pun menjadi dingin dan tidak membahayakan.
Setiap kali
para sufi mengungkapkan tentang al-wujud al-wahid ini dan
mengumandangkannya, orang-orang menganggap para sufi sudah melewati
batas dan keterlaluan. Padahal, para sufi tidak akan melampaui apa yang
telah digariskan oleh ayat al-Qur’an yang memberikan penggambaran
tentang keagungan Allah Swt dan pengawasan-Nya, yang tidak berarti bahwa
“yang satu” itu bersifat “menyatu” dan bukan pula “keterpaduan” antara
Sang Khaliq dengan makhluknya atau antara Yang Disembah dengan yang
menyembahnya. Ayat itu adalah:
“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”(Qs. al-Hadid; 3).
Ayat
tersebut dan juga ayat-ayat lain yang telah kami sebutkan pada dasarnya
bertujuan untuk mendorong kita menuju pengakuan atas ke-Maha Kuasa-an
Allah, dan Maha Pengawasan-Nya, sedangkan pengawasan Allah meliputi
semua hal. Ayat itu juga mendorong agar kita menghayati bahwa Allah swt
mengarahkan manusia untuk “kembali berlari” menuju Allah dalam setiap
urusannya, dan juga agar manusia mengagungkan diri-Nya sehingga
terealisirlah pernyataan la illa ha illallah.
Lebih dari itu, semua
yang dilakukan oleh para sufi senantiasa di bawah bimbingan al-Qur’an
dan sunnah. Mereka menginginkan agar manusia menjadi rabbani. Namun jika
masih banyak orang yang terlena di bumi ini dan hanya memandang ke arah
“bawah”, maka itu bukanlah dosa atau kesalahan orang-orang sufi, karena
mereka telah memenuhi kewajibannya yakni mengarahkan manusia kepada
Allah swt.
Begitu juga, jika masih ada orang-orang yang tidak hanya
terlena di bumi dan hanya memendang ke arah bawah saja, tetapi juga
memusuhi orang-orang yang mengajaknya memandang ke arah langit dan
mengarahkannya menuju Allah, maka mereka berarti telah memusuhi Allah
dan rasul-Nya. Balasan bagi mereka sangat jelas yakni sebagaimana yang
diaparkan dalam surat al-Ma’idah ayat 32.
6. Mungkin anda akan bertanya: “Kalau demikian, bagaimana dengan kasus yang menimpa al-Hallaj? Dan mengapa ia dihukum mati?”
Sesungguhnya
kasus yang menimpa al-Hallaj yang sebelumnya menjadi rahasia kini
rahasia itu telah terbongkar. Al-Hallaj adalah seorang pribadi yang
teguh, beliau merupakan simbol bagi orang-orang jadzab. Di manapun
beliau tinggal, banyak orang yang mengunjunginya dan ke manapun beliau
pergi, banyak orang yang menyertainya.
Sebagaimana dengan para sufi
yang lain, al-Hallaj juga mencintai keluarga (keturunan) Nabi sebagai
konsekuensi cintanya beliau kepada Nabi Muhammad Saw. Pada saat itu, ahl
al-bait (mereka yang merupakan keturunan Rasulullah Saw) memiliki
ambisi untuk memerintah atau memegang tampuk kekuasaan. Oleh karena itu,
Bani Abbas (yang sedang berkuasa pada saat itu) tidak menyenangi
seorang pribadi seperti al-Hallaj yang mencintai ahl al-bait. Al-Hallaj
tetap pada sikapnya, bahkan pengikutnya semakin banyak dan kuat yang
tersebar dalam setiap tempat. Oleh karena itu, demi mempertahankan
stabilitas pemerintahan, al-Hallaj harus dihukum.
Dengan demikian,
hukuman mati yang ditujukan pada al-Hallaj jelas bermotif urusan
duniawi, dalam hal ini adalah motif politik. Merupakan hal yang sangat
mudah bagi penguasa untuk menjungkirbalikan hukum, mendatangkan
saksi-saksi palsu, menyuap para hakim dengan harta dan kedudukan serta
menuruti hawa nafsunya. Demikianlah, al-Hallaj dihukum mati dengan
mengatasnamakan kepentingan agama. Bahkan beliau dituduh telah
menyebarkan suatu pendapat yang sebelumnya tidak pernah beliau kemukakan
dalam buku-bukunya. Itulah kasus yang menimpa al-Hallaj, dan tuduhan
itu “tetap” menjadi misteri.
Menurut logika yang benar, “seorang
arsitek tidak boleh memberikan “fatwa” tentang persoalan kedokteran,
begitu juga seorang sasterawan tidak bisa memberikan keputusan tentang
persoalan-persoalan yang dihadapi oleh para arsitek”. Dengan demikian,
tokoh-tokoh besar seperti Ibn ‘Arabi, al-Hallaj dan Ibn Faridl tidak
bisa dihukum oleh orang-orang yang belum sampai maqam mereka, atau
setidaknya mendekati maqam mereka.
Salah seorang guru kami pernah
ditanya: “Sesungguhnya si-Fulan telah mengkritik Ibn ‘Arabi dalam
beberapa masalah”. Jawab guru kami: “Apakah seekor kumbang berhak untuk
menghakimi perbuatan singa? Seekor kumbang tidak berhak untuk menghakimi
perbuatan binatang buas, juga tidak berhak untuk membicarakan apa yang
dilakukan oleh binatang buas, karena bisa jadi logika yang dipakai tetap
logika seekor kumbang”.
Imam Syafi’i pernah berkata berkaitan dengan
orang-orang yang mengkritik Imam Muhyidin Ibn ‘Arabi: “Sesungguhnya
mereka itu seperti nyamuk yang meniup sebuah gunung dan menginginkan
agar gunung itu bisa berpindah dari tempatnya karena tertiup angin yang
dihembuskan nyamuk itu. Ini tentu tidak mungkin, karena gunung itu masih
tetap kokoh menjulang tinggi. Dengan gunung itu, bumi menjadi menjadi
kokoh dan dunia menjadi tetap seimbang”.
Imam al-Sya’rani juga pernah
mengomentari orang-orang sufi secara umum dan Sayyidina Muhyidin secara
khusus: “Dalam pandanganku, para penyembah berhala saja tidak berani
untuk mengatakan terus terang bahwa berhala yang mereka sembah itu
sebagai tuhan mereka, bahkan mereka hanya berkata: ‘Kami tidak menyembah
mereka (berhala-berhala itu), melainkan supaya mereka mendekatkan kami
kepada Allah dengan sedekat-dekatnya” (Qs. al-Zumar; 3).Maka bagaimana
mungkin mereka yang menjadi auliya Allah berani mengaku ‘telah bersatu’
dengan Allah swt. Ini adalah sangat mustahil bagi mereka, semoga Allah
meridlai mereka”.
Oleh sebab itu, agar seseorang bisa memahami, maka
ia harus sampai pada posisi yang setara, atau mendekati dengan
posisi/maqam Imam Muhyidin, Ibn Arabi, al-Hallaj dan Ibn Faridl, semoga
Allah meridhoi mereka dan memberikan kepada kami manfaat dari
karya-karya mereka. Wa billah al-taufiq. @@@
Bulu Perindu Sukma
Bulu Perindu Asli Kalimantan
Di dalam blog ini akan saya jelaskan tentang khasiat dari Bulu Perindu yang melegenda yang khasiat utamanya adalah sebagai media pengasihan atau pemikat lawan jenis,baik Pria ataupun Wanita. Bulu perindu dapat mengatasi Solusi asmara anda yang kandas,pacar di ambil orang,cinta bertepuk sebelah tangan, dan semua yang berhubungan dengan asmara ..
Testing Video Keaslian Bulu Perindu Sukma
mahar tingkat satu 300.000 sudah ongkos kirim
khasiatnya antara lain.. pengasihan, pemikat lawan jenis, penarik simpati, disenangi atasan bawahan, pelaris usaha, pelet, cepat dapat jodoh,mengembalikan pasangan yang selingkuh, cocok untuk pria dan wanita.
mahar tingkat Dua 550.000 ribu sudah ongkos kirim
Khusus yang tingkat dua perbedaanya dengan tingkat satu adalah khusus bagi yang sudah berumah tangga atau sudah menikah, mengapa demikian karena power atau bulu perindu tingkat 2 mempunyai power 2x lebih besar dari tingkat 1 karena untuk orang yang sudah menikah rata-rata mempunyai aura yang sudah melemah karena faktor energi cakranya yang meredup akibat sudah seringnya berhubungan badan, jadi di butuhkan kekuatan ekstra untuk
menggunakan bulu perindu ini.
kekuatan bulu perindu tingkat 2 ini di fokuskan untuk mengembalikan pasangan yang selingkuh/pergi dengan laki-laki lain atau sudah tidak cinta lagi
khasiatnya antara lain..
pengasihan, pemikat lawan jenis, penarik simpati, disenangi atasan bawahan, pelaris usaha, pelet, cepat dapat jodoh,mengembalikan pasangan yang selingkuh, cocok untuk pria dan wanita tanpa ritual,puasa dan tanpa pantangan juga bisa di wariskan ke Anak CucuTanpa perlu panjang lebar berikut Testimoni para pemakai Bulu Perindu Sukma.
"Disclaimer : Hasil dan manfaat dari media bulu perindu ini akan berbeda-beda terhadap individualnya"
"Bagi Para Pria dan wanita Yang Ingin Berhasil Dalam Mengatasi masalah asmara,jodoh,perselingkuhan,agar di sayang atasan dan juga pelaris usaha,Bisa Menggunakan Bulu Perindu Ini Sebagai Solusi"
Pembayaran dapat di lakukan ke salah satu rekening di bawah ini:
"Disclaimer : Hasil dan manfaat dari media bulu perindu ini akan berbeda-beda terhadap individualnya"
setelah transfer harap konfirmasi sms ke no HP 081375545915 Pin BB : 29A3B191 ( Hendro Susilo )( Hendro Susilo ) sertakan juga no hp dan alamat lengkap saudara untuk memudah kan pengirimam bulu perindu. bulu perindu dan tata cara penggunaanya akan di kirim melalui JASA JNE,TIKI DAN POS Code Resi Paket pengiriman anda dapat di lihat di " CEK STATUS PENGIRIMAN " di bawah ini
dengan cara memsukkan nomor barcode/resi pengiriman yang akan saya berikan kepada anda melalui email/sms NB: untuk pemohon agar terlebih dahulu mengirimkan email atau sms ke alamat buluperindusukma@gmail.com dan jika ingin kontak langsung hub atau sms ke no HP 081375545915 Pin BB : 29A3B191 ( Hendro Susilo )
TESTIMONI DARI BB
Bukti pengiriman JNE dan Pos Indonesia
MAHAR PELET MANTRA 550.000 |MAHAR PELET FOTO |850.000 | MAHAR PELET SEMAR MESEM | 550.000 | MAHAR PUTER GILING 1000.000 | TLP/SMS HP 081375545915 Pin BB : 29A3B191 ( Hendro Susilo ) : JNE TIKI POS
Bulu Perindu Asli Kalimantan
Di dalam blog ini akan saya jelaskan tentang khasiat dari Bulu Perindu yang melegenda yang khasiat utamanya adalah sebagai media pengasihan atau pemikat lawan jenis,baik Pria ataupun Wanita. Bulu perindu dapat mengatasi Solusi asmara anda yang kandas,pacar di ambil orang,cinta bertepuk sebelah tangan, dan semua yang berhubungan dengan asmara ..
Ciri - ciri keaslian
Jika di tetesi / dibasahi air dan di letakkan di atas lantai atau sehelai kertas, maka secara menakjub kan Bulu Perindu tersebut akan menggeliat - geliat laksana seekor cacing. Sepasang Bulu Perindu jika di dekatkan / dipertemukan ujung - ujungnya, secara ajaib akan berangsur - angsur saling mendekat dan melilit.
Testing Video Keaslian Bulu Perindu Sukma
mahar tingkat satu 300.000 sudah ongkos kirim
khasiatnya antara lain.. pengasihan, pemikat lawan jenis, penarik simpati, disenangi atasan bawahan, pelaris usaha, pelet, cepat dapat jodoh,mengembalikan pasangan yang selingkuh, cocok untuk pria dan wanita.
mahar tingkat Dua 550.000 ribu sudah ongkos kirim
Khusus yang tingkat dua perbedaanya dengan tingkat satu adalah khusus bagi yang sudah berumah tangga atau sudah menikah, mengapa demikian karena power atau bulu perindu tingkat 2 mempunyai power 2x lebih besar dari tingkat 1 karena untuk orang yang sudah menikah rata-rata mempunyai aura yang sudah melemah karena faktor energi cakranya yang meredup akibat sudah seringnya berhubungan badan, jadi di butuhkan kekuatan ekstra untuk
menggunakan bulu perindu ini.
kekuatan bulu perindu tingkat 2 ini di fokuskan untuk mengembalikan pasangan yang selingkuh/pergi dengan laki-laki lain atau sudah tidak cinta lagi
khasiatnya antara lain..
pengasihan, pemikat lawan jenis, penarik simpati, disenangi atasan bawahan, pelaris usaha, pelet, cepat dapat jodoh,mengembalikan pasangan yang selingkuh, cocok untuk pria dan wanita tanpa ritual,puasa dan tanpa pantangan juga bisa di wariskan ke Anak CucuTanpa perlu panjang lebar berikut Testimoni para pemakai Bulu Perindu Sukma.
"Disclaimer : Hasil dan manfaat dari media bulu perindu ini akan berbeda-beda terhadap individualnya"
"Bagi Para Pria dan wanita Yang Ingin Berhasil Dalam Mengatasi masalah asmara,jodoh,perselingkuhan,agar di sayang atasan dan juga pelaris usaha,Bisa Menggunakan Bulu Perindu Ini Sebagai Solusi"
|
"Disclaimer : Hasil dan manfaat dari media bulu perindu ini akan berbeda-beda terhadap individualnya"
| |
Bank BCA Kantor Cabang: KCU Bukit Barisan
No. Rekening : 3831172434
Nama Pemilik : Hendro Susilo
|
|
Bank Mandiri Kantor Cabang: KCP Medan Simpang pos
No. Rekening : 105-00-1057268-7
Nama Pemilik : Hendro Susilo
|
setelah transfer harap konfirmasi sms ke no HP 081375545915 Pin BB : 29A3B191 ( Hendro Susilo )( Hendro Susilo ) sertakan juga no hp dan alamat lengkap saudara untuk memudah kan pengirimam bulu perindu. bulu perindu dan tata cara penggunaanya akan di kirim melalui JASA JNE,TIKI DAN POS Code Resi Paket pengiriman anda dapat di lihat di " CEK STATUS PENGIRIMAN " di bawah ini
dengan cara memsukkan nomor barcode/resi pengiriman yang akan saya berikan kepada anda melalui email/sms NB: untuk pemohon agar terlebih dahulu mengirimkan email atau sms ke alamat buluperindusukma@gmail.com dan jika ingin kontak langsung hub atau sms ke no HP 081375545915 Pin BB : 29A3B191 ( Hendro Susilo )
TESTIMONI DARI BB
Bukti pengiriman JNE dan Pos Indonesia
MAHAR PELET MANTRA 550.000 |MAHAR PELET FOTO |850.000 | MAHAR PELET SEMAR MESEM | 550.000 | MAHAR PUTER GILING 1000.000 | TLP/SMS HP 081375545915 Pin BB : 29A3B191 ( Hendro Susilo ) : JNE TIKI POS



Tidak ada komentar:
Posting Komentar