Patramantra
tanpamantra@yahoo.com
Mungkin bukan kesalahan kita secara mutlak, jika kurang memahami mengenai olah rasa. Walau sebenarnya Dzikir dan Olah Rasa itu sama. Merupakan dua cara/metode dalam tata laku meditasi. Adapun dua metode meditasi itu antara lain :
1. Dengan metode kosentrasi/isi (yg sering digunakan para pelaku olah rasa),
yaitu menggunakan daya cipta/kosentrasi pada obyek tertentu untuk mengisi bathin, dengan harapan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Misalnya seseorang ingin membuka mata bathin/mata ketiga. Mereka berkonsentrasi dengan melihat objek tertentu, kemudian dia membawa gambaran bentuk obyek tersebut ke ruang bathin secara berulang-ulang sampai ia bisa melihat obyek tersebut secara detail sama seperti melihat dengan mata fisik.
2. Dengan cara mengosongkan pikiran (kosong)
yaitu pelaku berusaha mengosongkan pikiran dengan melafalkan doa-doa maupun dzikir tertentu, dengan harapan mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Dua cara yang beda, namun bisa memberi hasil yg sama. Dan juga pemahaman yang berbeda sebagai akibat kita seringnya mendapat keilmuan yg sudah matang dari para kyai, ustadz, kitab2 kuno, maupun buku2 yg dijual di emperan toko. Misalnya baca asma/doa/ayat…..1000x dan puasa selama 7 hari anda bisa kebal terhadap jenis senjata apapun. Dan jarang kyai/ustadz yang mengajarkan suatu keilmuan…..baca asma/doa/ayat……secara ikhlas dan puasa selama 7 hari, agar anda bisa mendapatkan kebal….. dsb .
Dengan kebiasaan menerima keilmuan yg sudah matang ini. Telah membuat kita banyak kehilangan moment pengalaman seperti yang didapat oleh para pelaku Olah Rasa. Karena kita sering kali melakukan dzikir hanya berdasarkan hitungan, tanpa berusaha menghayati maupun melakukan peresapan dlm berdzikir.
Namun dewasa ini para pelaku Olah Rasa dalam melakukan meditasi cenderung memilih obyek pada hal-hal yang bersifat ke-Tuhanan. Mereka mengisi bathin dengan gambaran Tuhan melalui rasa nikmat, rasa syukur, rasa ikhlas, rasa cinta dsb. Semua itu dilakukan baik dalam waktu meditasi maupun aktivitas yang lain (hidup dlm meditasi). Sehingga walau dlm keadaan tidur bathin masih tetap terjaga.
Hal seperti ini bisa juga dilakukan oleh para pelaku dzikir. Dengan cara membaca lafal dzikir tertentu/asma/doa/ayat apa aja yang diucapkan tanpa lisan/dalam hati ditujukan untuk mengingat Allah semata. Dan dilakukan secara terus menerus seperti halnya seorang pelaku olah rasa tsb di atas (hidup dlm meditasi). Maka pelaku dzikir akan memperoleh pengalaman yg sama seperti yang diperoleh para pelaku olah rasa. Seperti penglihatan dan pendengaran ghaib, penyembuhan dll. Kemampuan supranatural ini, diperoleh secara tidak disengaja, tetapi sebagai akibat dari perpindahan kesadaran dari tubuh fisik ke kesadaran jiwa (Rosojati basa jawa).
tanpamantra@yahoo.com
Mungkin bukan kesalahan kita secara mutlak, jika kurang memahami mengenai olah rasa. Walau sebenarnya Dzikir dan Olah Rasa itu sama. Merupakan dua cara/metode dalam tata laku meditasi. Adapun dua metode meditasi itu antara lain :
1. Dengan metode kosentrasi/isi (yg sering digunakan para pelaku olah rasa),
yaitu menggunakan daya cipta/kosentrasi pada obyek tertentu untuk mengisi bathin, dengan harapan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Misalnya seseorang ingin membuka mata bathin/mata ketiga. Mereka berkonsentrasi dengan melihat objek tertentu, kemudian dia membawa gambaran bentuk obyek tersebut ke ruang bathin secara berulang-ulang sampai ia bisa melihat obyek tersebut secara detail sama seperti melihat dengan mata fisik.
2. Dengan cara mengosongkan pikiran (kosong)
yaitu pelaku berusaha mengosongkan pikiran dengan melafalkan doa-doa maupun dzikir tertentu, dengan harapan mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Dua cara yang beda, namun bisa memberi hasil yg sama. Dan juga pemahaman yang berbeda sebagai akibat kita seringnya mendapat keilmuan yg sudah matang dari para kyai, ustadz, kitab2 kuno, maupun buku2 yg dijual di emperan toko. Misalnya baca asma/doa/ayat…..1000x dan puasa selama 7 hari anda bisa kebal terhadap jenis senjata apapun. Dan jarang kyai/ustadz yang mengajarkan suatu keilmuan…..baca asma/doa/ayat……secara ikhlas dan puasa selama 7 hari, agar anda bisa mendapatkan kebal….. dsb .
Dengan kebiasaan menerima keilmuan yg sudah matang ini. Telah membuat kita banyak kehilangan moment pengalaman seperti yang didapat oleh para pelaku Olah Rasa. Karena kita sering kali melakukan dzikir hanya berdasarkan hitungan, tanpa berusaha menghayati maupun melakukan peresapan dlm berdzikir.
Namun dewasa ini para pelaku Olah Rasa dalam melakukan meditasi cenderung memilih obyek pada hal-hal yang bersifat ke-Tuhanan. Mereka mengisi bathin dengan gambaran Tuhan melalui rasa nikmat, rasa syukur, rasa ikhlas, rasa cinta dsb. Semua itu dilakukan baik dalam waktu meditasi maupun aktivitas yang lain (hidup dlm meditasi). Sehingga walau dlm keadaan tidur bathin masih tetap terjaga.
Hal seperti ini bisa juga dilakukan oleh para pelaku dzikir. Dengan cara membaca lafal dzikir tertentu/asma/doa/ayat apa aja yang diucapkan tanpa lisan/dalam hati ditujukan untuk mengingat Allah semata. Dan dilakukan secara terus menerus seperti halnya seorang pelaku olah rasa tsb di atas (hidup dlm meditasi). Maka pelaku dzikir akan memperoleh pengalaman yg sama seperti yang diperoleh para pelaku olah rasa. Seperti penglihatan dan pendengaran ghaib, penyembuhan dll. Kemampuan supranatural ini, diperoleh secara tidak disengaja, tetapi sebagai akibat dari perpindahan kesadaran dari tubuh fisik ke kesadaran jiwa (Rosojati basa jawa).
Terlepas dari mencari pembenaran dan penyalahan dari kedua metode penyampaian amalan ilmu hikmah tsb. Mari kita kaji dan diskusikan agar kita memahami tujuan dibalik pembacaan 1000x (metode kesatu). Juga memahami batasan toleransi pembacaan secara ikhlas (metode kedua). Agar kita bisa mencapai makna dzikir yang hakiki (lebih mudah dalam mencapai khusuk). @@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar