Assalamualaikum wr wb.
Sedulurku
semua…Agar jelas apa yang sebenarnya terjadi terkait prosesi
pemindahan kerajaan jin di Jembatan Balong Adem desa wanguk Kec.
Anjatan, Indramayu JABAR sebagaimana permintaan bantuan mas Cagak Alam
.maka akan saya jelaskan sebagai berikut.
Sekitar jam
2.30 WIB: saya di-sms ki torabika yang isinya adalah ada sedulur yang
membutuhkan bantuan. Saat itu saya sedang santai setelah sepulang
bekerja, dan begitu membaca sms, saya langsung membuka internet
sekaligus mengupload permintaan bantuan Ki Cagak Alam di komentar blog
ini.
Saya dan ki Torabika akhirnya sepakat untuk menyelesaikan pemindahan kerajaan jin dengan langkah solusi:
1. Bernegosiasi dengan jin yang menguasai wilayah itu untuk memindah kerajaan jin tersebut agar tidak mengganggu warga masyarakat
2. Kalau tidak mau pindah, maka langkah tegas akan kita ambil yaitu memaksa dan memerangi mereka secara frontal. Kita juga sepakati akan menggunakan ajian Asma Radja Dirajeh yang sudah kita miliki. Saya sebagai eksekutor dan Ki Torabika akan memback up saya.
3. Kita ketahui kemudian melalui penerawangan bahwa ternyata itu kerajaan jin yang kecil dengan ukuran kekuatan yang tidak seberapa, sehingga estimasi kita dengan satu kali serangan maka kerajaan tersebut langsung kocar kacir. Pukul 05.45 menit saya melakukan proses meraga sukma dan mengintip lokasi jembatan balong adem dan entah kenapa saya merasa tidak punya banyak waktu untuk bernegosiasi. Ya memang pada akhirnya negosiasi dengan raja jin tersebut memang benar-benar tidak saya lakukan. Inilah point pertama kesalahan saya.
Di
rumah saya pada menit itu, di Sidoarjo, saya melakukan ritual pertama
dengan tujuan melakukan serangan awal kepada mereka. Saya bertawassul
mengirimkan alfatihah untuk sohibul ijazah ilmu RDR sekaligus untuk
memohon perlindungan Allah SWT agar saya dan semua pasukan yang ikut
penyerangan gaib selamat.
Selesai
tawassul, saya mencopoti onderdil sepeda motor agar terlihat lebih
butut dengan niat untuk melakukan ritual menerapkan RDR di pingir
sungai. Untuk itu, yang paling aman adalah menyamar sebagai pemancing
ikan. Nah saat akan berangkat dari rumah itulah tiba-tiba muncul ego dan
nafsu ingin langsung menyerang kerajaan jin muncul. Di depan pintu
rumah, saya berdiri sejenak langsung membaca Asma RDR dua kali sambil
tahan nafas dan saat itu saya melihat kerajaan jin langsung kocar kacir…
Tepat
pada pukul 06.00 saya berangkat naik motor menuju sungai yang jaraknya
sekitar satu kilo meter dari rumah. Di dekat jembatan, saya turun dari
motor dan di sisi kiri samping jembatan itulah saya kemudian
membombardir lagi dengan serangan. Tercatat lima kali saya membaca asma
RDR.
Apa
yang terjadi dengan kerajaan jin di Jembatan balong adem desa wanguk
Kec. Anjatan, Indramayu JABAR? Yang terjadi, setelah mereka kocar kacir
dengan serangan pembuka, maka energi serangan kali ini adalah langsung
mengumpulkan secara paksa para jin yang menurut perkiraan saya jumlahnya
tidak lebih dari 100 jin itu dan mendorongnya ke laut jawa. Di sana
tonggak-tonggak asma berbentuk api melingkar langsung saya tancapkan
sehingga para jin itu tidak ada satupun yang berani untuk keluar. Kalau
berani keluar, maka akan langsung terbakar oleh dahsyatnya asma ini.
Inilah kesalahan saya yang kedua, kenapa saya melakukan kejahatan dengan
memenjarakan mereka dan tidak memberikan ruang hidup sebagaimana
layaknya kehidupan mereka?
Usai
melakukan prosesi ritual tersebut, saya naik sepeda motor menuju kantor
saya. Tiba di kantor sekitar pukul 18.45. Suasana sepi hanya ada
seorang penjaga bernama Slamet. Setelah ngobrol sesaat, saya berbaring
lemas di sebuah sofa untuk tasyakuran batin. Alhamdulillah, saya bersama
sedulur Keluarga Kampus Wong Alus sudah sukses melakukan prosesi
pemindahan kerajaan jin tersebut. Begitu pikir saya saat itu.
Sekitar
satu jam kemudian, mendadak saya didatangi sosok Leluhur Penguasa Tanah
Jawa tersebut. Leluhur ini bukan berjenis jin, namun manusia seperti
kita yang sudah meninggal. Leluhur ini mengemban tugas dari Tuhan
Semesta Alam untuk memberikan petuah/petunjuk kepada manusia di Jawa.
Leluhur
ini “manjing” atau masuk ke raga seorang sahabat saya yang memang
lakunya ngelmunya insya allah sudah sangat bagus. Sahabat saya ini
datang dari Petirtaan Jolotundo, Gunung Penanggungan setelah selesai
melakukan maneges.
Berikut
diskusi antara saya (WA) dengan Leluhur Penguasa Tanah Jawa (LP) yang
masih saya ingat. Dialog ini pasti tidak sama persis karena sudah
mengalami pembahasaan saya, namun dengan memohon petunjuk_NYA akan kami
sampaikan apa adanya.
WA: Assalamualaikum
LP: Waalaikum salam
WA: Mohon petunjuk apakah langkah saya untuk melakukan pemindahan paksa adalah sebuah tindakan yang bijaksana?
LP: Kamu sangat ceroboh dan gegabah. Sebuah tindakan yang sangat tidak bijaksana
WA: Kenapa begitu?
LP: Mereka hidup sudah ribuan bahkan jutaan tahun lalu di bumi kita, mereka hidup lebih lama dari manusia. Jadi kenapa mereka engkau usir?
WA: Karena mereka mengganggu dan meminta tumbal nyawa sehingga kami harus mengusir mereka.
LP: Apakah engkau tahu, apa arti kebijaksanaan? Di dunia ini semua diciptakan dalam keadaan seimbang dan ada perjanjian antara satu dengan yang lainnya untuk hidup saling bekerjasama dan membutuhkan. Dimanapun tempatnya, antara leluhur manusia dan jin sudah ada kesepakatan untuk tidak saling mengganggu jalur hidupnya masih-masing. Manusia hidup di alam fisik, jin hidup di alam gaib. Meskipun begitu, keduanya sama-sama hidup di bumi yang sama. Kesepakatan itu ada resikonya bila dilanggar. Adanya “tumbal atau korban” menurut istilah manusia, itu sebenarnya bukan “tumbal atau korban” tetapi resiko pelanggaran dari perjanjian yang sudah dibuat. Tumbal itu jangan dimaknai secara negatif karena sebenarnya siapa yang dijadikan tumbal sebenarnya adalah sosok manusia pilihan yang sudah saatnya untuk dicabut nyawanya karena tugasnya di dunia sudah selesai dan secara keseluruhan dosa-dosanya sudah diampuni Allah SWT.
WA: Siapa yang memiliki kecenderungan untuk melanggar perjanjian ini?
LP: Dimana-mana, kebanyakan manusia. Jarang ada pelanggaran dari bangsa jin. Kalau pun ada pelanggaran bangsa jin maka yang terjadi biasanya manusia tidak tahu kecuali sedikit manusia yang dianugerahi Allah SWT karomah khusus. Bangsa jin memiliki kecenderungan taat pada aturan antar dimensi gaib yang telah disepakati.
WA:
Kalau demikian, berarti dalam kasus Jembatan balong adem desa wanguk
Kec. Anjatan, Indramayu JABAR telah terjadi pelanggaran perjanjian?
LP: Benar, telah terjadi pelanggaran perjanjian sehingga mengakibatkan terganggunya bangsa jin karena ulah manusia di sana.
WA: Tadi saya mengamalkan asma untuk melakukan penyerbuan paksa ke kerajaan mereka. Sebenarnya apa yang terjadi?
LP:
Kamu melakukan kesalahan besar yang seharusnya tidak boleh terjadi.
Lihatlah dengan mata hatimu sebelum bertindak. Jangan mengandalkan
nafsumu. Kamu boleh membantu dan menolong saudaramu sesama manusia, tapi
kamu tidak bijaksana. BIjaksana artinya kamu pertimbangkan dari
berbagai aspek, bagaimana sejarahnya kenapa jin meminta tumbal dan
bagaimana mengatasi agar tumbal tidak terjadi dan seterusnya. Manusia
tidak berhak mengadili kesalahan dari bangsa jin. Begitu sebaliknya, jin
tidak berhak mengadili kesalahan manusia.Yang
berhak mengadili perjanjian antar dua mahluk ini adalah Tuhan Semesta
Alam. Kalau manusia atau jin menuntut keadilan, maka mintalah keadilan
kepada Tuhan yang Maha Adil. Jangan pernah sok tahu dan sok mengerti
hakekat keadilan dengan mengadili sesame makhluk TUhan. Kalau perlu
ikhlaslah disakiti pihak lain karena dibalik sakitmu, akan muncul hikmah
yaitu naiknya derajatmu di mata Tuhan. Tuhan menguji hambanya dengan
penderitaan dan kebahagiaan agar dia lulus dan mendapatkan kenaikan
derajat.
Pengusiran
bangsa jin ke laut utara Indramayu oleh karenanya sebuah tindakan
bengis dan jahat. Mereka punya hak untuk hidup dengan merdeka dan
sejahtera di alamnya. Apakah engkau tidak melihat apa yang terjadi
dengan Anak-anak, ibu-ibu, kakek kakek dan nenek nenek bangsa jin akibat
ulah penyerbuanmu tadi? Mereka terusir, menangisi tindakan jahat
manusia. Mereka akhirnya melapor ke atasan kerajaan mereka, dan
seterusnya hingga melapor ke Raja Jin tertinggi di Laut Utara pulau
Jawa. Meskipun para jin itu sekarang sudah terbelenggu dengan asma-mu,
tapi mereka bersiap-siap untuk menyerang balik saat engkau dan
saudara-saudaramu yang tadi ikut menyerang itu terlena.
WA: Kami insya Allah sudah siap dengan amalan untuk membentengi diri dari serangan mereka…
LP: Kamu dan para sahabatmu barangkali selalu waspada, tapi bagaimana dengan anak-anakmu? Cucu-cucumu? Dan anak keturunanmu beberapa generasi ke bawahmu? Apakah mereka juga tahu dan siap? Ingat hukum sebab akibat akan diterima oleh anak cucu kita kelak. Kita ini mengemban sebuah hukum dimana bila engkau salah, maka anak cucumu yang juga ikut menanggung akibatnya. Jin hidupnya lebih lama dari manusia, mereka akan balas dendam dengan cara apa saja kepada anak keturunanmu. Inilah yang harusnya kami waspadai.
WA:
Astaghfirullah, saya mohon ampun kepada Allah SWT terhadap tindakan
saya yang ceroboh dan gegabah. Saya sungguh-sungguh menyesal apa yang
telah saya lakukan. Sekarang saya mohon petunjuk agar masalah
penyerangan bangsa jin ini tidak berlarut-larut.
LP:
Cabut lagi pagar dan benteng asma yang telah kau buat itu. Lalu
lepaskan lagi mereka agar bisa hidup tenang sebagaimana biasanya.
Biarkan keadilan Tuhan yang berlaku. Manusia tidak berhak untuk
berperan sebagai Tuhan. Kebodohanmu adalah pelajaran yang berharga untuk
hidupmu kelak.
WA: Hanya itu langkah yang harus saya lakukan?
LP: Kembalikan semua asma dan Raja Dirajeh yang sudah diijazahkan kepadamu. Engkau belum layak memilikinya. Kembalikan lagi ke pengijazahmu dan hiduplah tanpa amalan apa-apa. Kau harus ikhlas dengan kelemahan-kelemahan dan kebodohanmu. Selanjutnya jangan pernah lagi berhubungan dan berkomunikasi dengan teman-temanmu yang sudah bersekongkol melakukan penyerangan.
WA: Cukup?
LP: Belum.. memohonlah ampunan kepada Tuhan Yang Maha Adil dan Maha Kuasa. Semoga Allah SWT mengampunimu dan sahabat-sahabatmu.
WA: Hanya itu langkah yang harus saya lakukan?
LP: Kembalikan semua asma dan Raja Dirajeh yang sudah diijazahkan kepadamu. Engkau belum layak memilikinya. Kembalikan lagi ke pengijazahmu dan hiduplah tanpa amalan apa-apa. Kau harus ikhlas dengan kelemahan-kelemahan dan kebodohanmu. Selanjutnya jangan pernah lagi berhubungan dan berkomunikasi dengan teman-temanmu yang sudah bersekongkol melakukan penyerangan.
WA: Cukup?
LP: Belum.. memohonlah ampunan kepada Tuhan Yang Maha Adil dan Maha Kuasa. Semoga Allah SWT mengampunimu dan sahabat-sahabatmu.
Demikian
kutipan dialog antara saya dengan Leluhur Penguasa Tanah Jawa tersebut.
Sebenarnya masih banyak pitutur dan petuah-petuah bijaksana yang beliau
sampaikan kepada saya. Termasuk hakikat Nabi Khidir dan sebagainya.
Namun
karena keterbatasan energi, saya mohon maaf tidak bisa meneruskan
penjelasan ini. Terus terang saya menyesal telah melakukan tindakan
gegabah tersebut dan saya memohon ampun kepada Tuhan Yang Maha Esa agar
berkenan mengampuni kesalahan-kesalahan saya. Saya juga mohon maaf
kepada para sedulurku semua atas kebodohan saya, atas kotornya hati
nurani saya sehingga kotor dan tidak bisa bening untuk membaca
sasmitaning Gusti Allah.
Dengan hormat, Saya mohon saran dan masukan dari para sedulur semua apa yang seharusnya saya lakukan mengingat saya sampai detik ini masih diliputi kesedihan dan kegamangan yang teramat sangat untuk melangkah…
Dengan hormat, Saya mohon saran dan masukan dari para sedulur semua apa yang seharusnya saya lakukan mengingat saya sampai detik ini masih diliputi kesedihan dan kegamangan yang teramat sangat untuk melangkah…
Demikian terima kasih.
FOTO LOKASI JEMBATAN. SUMBER Fb. MAS CAGAK ALAM
WONG ALUS
@@@




Tidak ada komentar:
Posting Komentar